"Adis .... di sini check!!!" panggil kak Tyo, yang tidak tahu dengan maksud dan tujuan apa memanggilku untuk bergabung.
"Halo kak Tyo, sendirian?" tanyaku saat mendaratkan bokong di kursi depannya. Kami hanya berjarak sebuah meja, bersama kak Tyo yang tampannya sudah subhanallah walhamdulillah begini sebenarnya aku merasa upil banget jadi orang. Bayangkan saja, saat kamu duduk berdua dengan mahasiswa paling tampan yang banyak di sukai seantero kampus sedangkan kamu hanya penganut sekte kuliah pulang kuliah pulang.
"Ada Yuta, masih pesen makan. Kamu mau pesan sesuatu? Aku bilangin Yuta sekalian," tawarnya sopan. Ya ampun nih orang udah ganteng, sopan, ramah, cuma sayang ngga bisa di miliki.
"Skip kak, nanti aja sekalian makan di rumah."
"Oke deh, udah beres kelas emangnya?"
"Aman kak, tinggal pulang aja. Nunggu Juna jemput, dia masih les."
Suasana canggung menyelimuti kami berdua, saat kami memilih diam dan memainkan ponsel masing-masing datanglah kak Yuta, orang yang pas sebagai pemecah es di antara aku dan kak Tyo.
"Diem-diem bae nih. Eh ada Adis juga," Kak Yuta mendudukkan diri di sebelahku. Menjadikan tas ransel abu-abu miliknya sebagai batas untuk kami berdua.
Tangan kak Yuta menggeser semangkok bakso ke arah kak Tyo, beserta es teh yang terlihat menyegarkan.
Sedang dirinya langsung menyantap makanan miliknya, soto bening dengan sambal yang menggelora warnanya.
"Gak makan kamu?" liriknya padaku yang sibuk menatap sambal kak Yuta.
"Udah di tawarin tadi, katanya mau makan di rumah."
Kak Tyo menyahuti tanpa melirik ke arah kami berdua. Matanya hanya fokus pada apa yang sedang ia santap.
"Tumben berdua doang, kak Johnny mana?" tanyaku yang merasa ganjil jika hanya mereka berdua. Yang namanya trisula kan harusnya bertiga.
Mereka berdua serentak mengangkat kepala dan menatapku serius.
"Apaan sih, jangan lihatin Adis begitu banget deh." Siapa yang tidak gugup jika dipandangi oleh Upin Ipin beda negara ini. Oke, untuk kak Tyo pandangannya masih normal. Tapi beda lagi sama kak Yuta. Mata julidnya serasa membolongi dadaku.
"Ya nggak sih, kamu sama Johnny makin deket ya? Tadi anak-anak FT pada ribut katanya Johnny bareng cewek. Itu kamu, kan?" kak Tyo yang bertanya, sedang kak Yuta hanya memperhatikan.
"Sampai jadi bahan gosip ya?" tanyaku ragu-ragu.
"Bukan gosip lagi kalau memang kalian dekat." Ucapan kak Yuta membuatku lemas. Dekat apanya, bahkan aku sendiri tidak tahu apa yang sedang aku lakukan. Dari hati ingin menjadi semakin dekat dengan kak Johnny. Tapi logikaku selalu mencegah untuk berharap lebih. Menyadarkan bahwa kami berbeda, kami terlalu jauh dari segala macam aspek. Juga jauh secara agama.
"Gak papa kok Dis, namanya juga berteman, baper dikit mah wajar."
Tutup kak Tyo yang semakin menohokku. Nyatanya bapernya bukan cuma sedikit tapi sudah banyak. Bapernya bukan cuma sebentar, tapi sudah sejak lama.
Senyum simpul aku berikan sebagai jawaban. Karena menjawab dengan kata-kata hanya akan membuatku terlihat nelangsa.
"Lagian siapa yang gak bakalan baper kalau modelannya kaya Johnny, ya nggak Yut?" tanya kak Tyo seolah meminta persetujuan dari sahabatnya, yang hanya di beri gumaman singkat.
"Makan?" kedatangan kak Johnny yang tiba-tiba sudah duduk di sebelah kak Tyo membuatnya tersedak es teh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer || Johnny Suh (Completed)
RomanceAku hanya mahasiswa biasa yang mengagumi sosok seorang Johnny Alister Mahavir. Dia adalah semestaku. Katakan aku bucin, karena memang begitu adanya. Bantu aku merahasiakan perasaanku. Jangan sampai Johnny tahu. Untuk sekarang biarkan aku tetap dekat...