04 [Bahagia Sesaat]

24 9 60
                                    

~S e r p i h a n H a t i~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~S e r p i h a n H a t i~

Ketukan langkah kaki yang berbunyi di telinga Sherly membuatnya benar-benar ingin memeluk tubuh lelaki yang sedang menuju ke arahnya. Lelaki yang sangat ia damba kehadirannya, lelaki yang selalu menjadi pujaannya, penghibur dalam sedihnya, juga pahlawan penyemangat dalam kehidupannya.

"Mas Angga?" Sherly memeluk erat tubuh lelaki yang sudah berdiri di hadapannya. Ia rindu, dan ia selalu ingin memeluk tubuh itu setiap kali bersedih. Tubuh yang selalu menopangnya disaat dia mulai lemah.

"Iya, Mas pulang, sayang." Muhammad Anggara Putra, anak sulung keluarga Syakieb yang sudah lama tinggal di luar negara, lebih tepatnya di Singapura.

Hanya Angga yang dapat menenangkan Sherly, hanya ia yang bisa, dan tak ada siapapun selain dia. Sejak kecil Angga dan Sherly selalu bersama, mereka menghabiskan masa-masa kecil dengan kebersamaan. Hingga waktulah yang memisahkan mereka, menyisakan jarak di antara mereka, dan membuat rindu di tengah-tengah mereka.

"Mas, Ly rindu sama Mas." Sherly melonggarkan pelukannya, dan menghadap wajah tampan sang kakak tercinta.

"Mas lebih rindu sama kamu, Ly." Kali ini Angga yang menciptakan pelukan erat di antara mereka. Empat tahun sudah mereka berpisah, berkomunikasi melalui suara, tanpa temu atau bertatap muka. "Gimana kondisi Ibu?"

"Ibu belum bisa dijenguk, Mas. Makanya Ly milih pulang."

Sedang asik melepas rindu, Yuda hadir membawakan dua koper besar yang sudah jelas milik kakak tercintanya.

"Yuda?"

"Iya, ini eke. Mas you dateng karena eke yang ngabarin dia, dan you harus berterima kasih sama eke." Yuda mengibaskan rambut poni yang selalu menjadi kebanggaannya.

"Please deh, Yud. Lo ganteng, tapi kenapa uke sih? Mempermalukan kaum lelaki," seru Angga sambil mengambil alih kopernya dari tangan Yuda.

"Eh es batu, jangan sembarangan ngomong ya sia! Gini-gini eke jadi idaman para wanita."

"Astagfirullah, stop berdebat! Mending lo pulang deh Yud," pinta Sherly kepada sahabatnya, Yuda.

"Eugh, sia mah nggak menghargai eke banget, kasih minum dulu kek gitu." Yuda memutar bola mata malas akibat perlakuan Sherly terhadapnya.

Angga melangkahkan kaki menuju lemari es yang terletak diposisi persis seperti empat tahun lalu sebelum ia pergi. Membuka pintu tersebut, serta mengeluarkan sebotol air putih dari sana. "Minum? Nih." Angga menyodorkan sebotol air putih itu ke tangan Yuda.

"Pengertian sia, jangan-jangan ente suka sama ane?"

"Jangan gila deh! Nggak mungkin gue guy."

"Alah sia! Tunggu, tunggu. Itu tangan si Ely kunaon? Abis silet-siletan? Prustasikah ente?"

"Brisik!"

SERPIHAN HATI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang