21 [Cobaan demi cobaan]

3 0 0
                                    

~S e r p i h a n H a t i~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~S e r p i h a n H a t i~

Lima belas menit sebelum pemakaman Angga, Sherly terbangun, wajahnya pucat seperti tak percaya, tatapan matanya kosong.

"Ly, mau ikut ke pemakaman?" Yuda bertanya sambil memegang pundah Sherly perlahan.

Sherly terdiam, wajahnya kaku melihat sebuah bingkai kecil yang terpampang di meja belajarnya. Ya, tentu saja fotonya dengan Angga yang diambil beberapa tahun lalu sebelum Angga bekerja di Singapura. "Yuda, bilang ke gue kalau ini bohong. Bilang ke gue kalau kalian semua salah!"

"Ly, tenang, gue mohon lo tenang dulu."

"GIMANA GUE MAU TENANG? SEDANGKAN MAS ANGGA DI TUDUH SUDAH MENINGGAL DUNIA. KALIAN KENAPA SIH?!"

"SHERLY!" Yuda mengeluarkan nada tingginya untuk menghentikan percakapan Sherly yang masih belum yakin bahwa Angga sudah tiada. "Mas Angga mengalami kecelakaan pesawat saat dia mau menemui kita semua, dan tolong ... Tolong jangan seperti ini. Gue mau lo terima kenyataan, dan menjalani kehidupan lo secara biasanya."

"Mana mungkin gue bisa hidup bahagia seperti biasa sedangkan Mas Angga, seorang penyemangat gue, seorang motivator gue, sekarang udah nggak ada. Hiks ... Hiks ...."

"Ly, tenang ya, ikhlasin Mas Angga, biar dia juga tenang di alam sana."

Sherly terus menangis dalam dekapan Yuda. Ia melampiaskan segala kesedihannya di depan lelaki yang akrab disapa sahabatnya. Begitupun Airi yang terus menangis tanpa henti di samping jasad putranya, dengn didampingi Syakieb di sisi kanannya.

Duka keluarga juga turut mengiringi kepergian jasad Angga yang sebentar lagi akan dimasukkan ke dalam ambulans untuk dibawa ke TPU terdekat dan dikebumikan.

Sherly dengan matanya yang sembab, dituntun oleh Yuda yang selalu menjaganya dari awal hingga ia pulih kembali seperti biasanya. Mereka mengikuti peti Angga yang sudah mulai memasuki ambulans. Sherly tidak ikut di dalam ambulans Angga, melainkan ambulans yang telah dipesan Yuda dengan berbagai alat medis yang siap siaga untuknya.

"Ly naik ambulans ini aja, ya? Biar Mas Angga sama Ibu dan Ayah serta yang lainnya."

Sherly mengangguk pasrah. Ia tak dapat membantah apapun yang sudah dikehendaki Yuda untuknya. Terlebih lagi dengan kondisinya yang sangat lemah dan tidak memungkinkan untuk melawan.

Sepanjang perjalanan menuju pemakaman, Sherly hanya termenung melihat suasana sekitar dari balik jendela mobil tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Tidak seperti biasanya Sherly terdiam lama. Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengannya, dan semua akan baik-baik saja.

Sampai di pemakaman, semua orang sibuk  berkerumun untuk menyaksikan proses pemakaman yang sebentar lagi berlansung. Tak ada satupun yang bersuara. Semua berdoa dengan khitmat untuk kepergian mendiang Muhammad Anggara Putra.

SERPIHAN HATI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang