~S e r p i h a n H a t i~
Mendengar suara gaduh dari dalam, dua pria yang bertugas menjaga Sherly itu masuk untuk mengecek keadaan. Dilihatlah lumuran darah segar yang mulai berceceran di lantai, yang tak lain berasal dari tubuh wanita yang mereka sandera.
"Yaampun ... gimana ni Bro? Berdarah semua."
"Kabarin Bos, cepat!"
Salah seorang pria melakukan panggilan kepada atasan mereka untuk bertanya bagaimana keadaan selanjutnya. Kondisi Sherly terlalu parah, dan jika mereka membiarkan itu lebih lama maka nyawanya bisa saja terancam.
Bawa ke rumah sakit segera! Jangan sampai anak itu mati.
"B-baik, Bos. Keluarganya gimana Bos?"
Biarkan saja dulu, yang penting anak itu selamat.
Lambat! Lambat sekali mereka mengambil keputusan, padahal nyawa seseorang sedang berada dalam genggaman mereka.
"Gimana denyut nadinya?"
"Masih ada, Bro, tapi lambat."
"Kita harus cepat membawa dia ke rumah sakit. Jangan sampai dia mati, atau kita yang akan mati di tangan Pak Bos."
Dua lelaki itu membawa Sherly yang sudah berlumuran darah ke rumah sakit terdekat. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Sherly sempat tersadar dan berusaha mengucap beberapa kata. "S-Sa ... Sa ... Kit...."
"Bertahan, Dek! Lo jangan mati dulu!"
Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, sampailah mereka di rumah sakit terdekat bertuliskan Siloam Hospital.
Dengan ketakutan dan tenaga yang mulai terkuras, pria tersebut membawa lari tubuh Sherly ke dalam UGD. Tim tenaga medis berusaha menangani Sherly dengan menjalani operasi besar untuk mengeluarkan paku-paku yang tertancap di tubuhnya. Tak terbayang bagaimana sakitnya ketika tertancap paku di dalam tubuh, hingga menancap sempurna.
Empat jam di dalam ruang operasi, seluruh paku dan benda-benda tajam yang sempat mengenainya sudah berhasil dikeluarkan. Namun sangat disayangkan, detik demi detik berlalu, ternyata kondisi Sherly bukan membaik tapi justru memburuk. Tensi, detak jantung, dan nafasnya mulai bergerak tak stabil.
"Kita harus segera memasangkan segala alat bantu untuk menolong anak ini, segera siapkan peralatannya."
"Baik, Dokter."
Dengan kekuatan dan kegigihan tenaga medis yang ada, dokter mengatur alat Automated External Defibrillator untuk meng-stabilkan detak jantung Sherly.
Setelah lima belas menit, detak jantung Sherly kembali normal walau keadaannya masih koma. Ini tidak cukup baik, karena ada kemungkinan besar Sherly tak dapat bangun lagi, tapi tak menutup kemungkinan untuk Sherly bisa sadar seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERPIHAN HATI [END]
RomanceWARNING!! MENGANDUNG KATA-KATA KASAR DAN KEKERASAN [BUDAYAKAN VOTE SETELAH MEMBACA] "Karena dia adalah calon Ibu kamu yang baru." "AYAH! AYAH UDAH NGGAK WARAS, KAH?! BISA-BISANYA AYAH MENGHIANATI IBU SEMUDAH ITU? LY NGGAK NYANGKA YAH, SEORANG MUHA...