20 [Sadar]

3 0 0
                                    

~S e r p i h a n H a t i~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~S e r p i h a n H a t i~

Sudah dua hari Sherly belum terbangun dari tidurnya dan sudah dua hari proses Angga dibawa ke rumah duka. Padahal hari ini, tepat hari ini jasad kakak tercintanya akan sampai di tanah Indonesia untuk disemayamkan sejenak di rumah duka, kemudian akan dikebumikan pada hari ini juga, tapi belum ada tanda-tamda dirinya akan membuka mata.

Yuda terus menatap tubuh mungil Sherly, berharap wanita itu terbangun sebelum kakaknya dikebumikan. Melihat kakaknya untuk pertama kali setelah sadar, sekaligus melihatnya untuk terakhir kali.

Ly, bangun yuk, Mas Angga mau ketemu kamu, dia rindu kamu, dia benar-benar mengharapkan kamu untuk bangun dan menemuinya walau sebentar saja. Bangun, Ly, sebelum kamu menangis di depan batu nisannya.

Tangan mungil bergerak perlahan, matanyapun mulai membuka dan terlihatlah lelaki tampan yang gagah walau dulu bersifat seperti wanita.

"Y-Yu ... D-da."

"Sherly, syukurlah lo sadar," ucap Yuda sambil mengelap air matanya yang terjatuh.

Yuda lekas memanggil dokter untuk memastikan kondisi Sherly lebih lanjut.

"Kondisi Sherly sudah stabil, selebihnya tinggal masa pemulihan saja. Saya permisi."

"Syukurlah, Ly. Lo udah melewati masa sulit lo."

"A-apa ... Yang ... T-ter-jadi?"

"Lo kecelakaan, kami semua juga nggak tau pasti kenapa lo bisa kecelakaan, kita semua nemuin lo sudah dalam keadaan tak berdaya."

Yuda mendapatkan telepon dari temannya yang mengurus segala urusan tentang Angga. Sepertinya Angga sudah mendarat di Jakarta, dan akan segera dibawa ke rumah duka.

Bro, jasad Angga sudah sampai di Jakarta, beri alamat rumah duka supaya gue bawa dia ke sana.

"Oke, nanti gue ketik alamatnya lewat pesan whatsapp."

Sherly terlihat bingung dengan siapa yang sebentar lagi akan datang. Sepertinya ini orang penting.

"S-siapa, Yud?"

"Nggak, nanti gue balik lagi ya. Gue pergi sebentar."

Dengan langkahnya yang besar, ia meninggalkan Sherly sendirian, menitipkannya pada suster yang menjaga di sana. Setelah selesai memberi alamat, Yuda terus mengabari Airi maupun Syakieb untuk mempersiapkan segala keperluan untuk menyambut jasad Angga di rumah.

Yuda meminta surat izin kepada dokter untuk membawa Sherly pulang ke rumah dalam pengawasan kesehatan yang ketat agar tidak terjadi apa-apa nantinya. Dokterpun menyetujui. Yuda membawa beberapa tim medis untuk pergi bersamanya ke rumah duka. Dengan segenap tenaga, Yuda memasuki ruangan Sherly dan membawanya menggunakan kursi roda.

SERPIHAN HATI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang