16 [Hati Terdalam]

6 2 0
                                    

~S e r p i h a n H a t i~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~S e r p i h a n H a t i~

Sudah empat hari Sherly belum menunjukkan senyumnya. Ia masih terbaring koma di ranjang rumah sakit tanpa memberi tanda bahwa ia akan terbangun. Yuda dan Airi terus saja bergantian jaga, sebab mereka belum mengabari pihak keluarga yang lainnya. Walau mereka mengabari, pasti sanak saudara mereka tidak ada yang peduli, bahkan Syakieb saja mungkin tidak ingin menjenguk putrinya sendiri.

Angga yang bekerja di luar negara belum bisa hadir di tengah-tengah mereka. Pasalnya pekerjaan yang sedang dijalankannya adalah proyek besar yang tidak mungkin ia tinggalkan. Airi dan Yuda terus berdoa dan berpasrah kepada tuhan, berharap wanita yang ada di dalam sana segera membuka matanya.

"Yuda, terima kasih telah membantu Ibu untuk menjaga Sherly di sini."

"Iya sama-sama, Bu."

Mereka diperkenankan masuk untuk menjenguk Sherly di dalam sana. Yuda nampak murung melihat wanita yang mungkin dicintainya tengah terbaring tak berdaya. Seperti mimpi, bahkan seperti kejadian yang tak nyata dalam hidupnya.

Yuda berkata dalam hatinya, Sherly cepat bangun, ya. Gue belum sempat mengungkapkan isi hati gue ke lo, dan lo belum boleh pergi sekarang.

"Sherly, Ibu yakin kamu kuat, Nak. Ibu yakin kamu pasti sanggup melewati masa kritismu."

Tak berlama-lama di dalam sana, mereka keluar dengan hati yang masi sangat kacau. Ponsel Airi memunculkan banyak notifikasi panggilan maupun pesan dari suaminya.

"Ibu pulang aja, biar Yuda yang jagain Sherly sampai nanti Ibu kembali."

Airi mengangguk setuju. "Kalau begitu, titip anak Ibu ya, Nak."

Andai saja Yuda seperti ini sejak dahulu dengan Sherly. Dapat dipastikan bahwa Sherly akan terkesima dan menobatkan Yuda sebagai pemilik hatinya.

~S e r p i h a n H a t i~

Airi disambut dengan amarah suaminya ketika langkah kaki mulai menginjak lantai rumah.

"Dari mana aja kamu?"

"Apa urusan kamu?"

"Apa urusanku?! Rumah ini sangat berantakan, tak ada yang membersihkannya, menyapu, mengepel, bahkan semuanya belum dirapikan. Ke mana saja kamu selama empat hari?"

"Kau punya tangan, punya kaki, uangmu banyak, wanitamu ada di mana-mana, tak bisakah kau mengurus rumah ini sendirian? Ah iya, seperti biasanya kau hanya akan berpangku tangan bak raja tanpa memikirkan jerih payah seseorang saat bekerja."

"Kau selalu saja memancing emosiku, Airi, tak bisakah kita berdamai sehari saja? Damai layaknya pasangan suami istri pada umumnya."

SERPIHAN HATI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang