05 [Masalah]

21 8 55
                                    

//Kau adalah awal dari segala kisah yang akan dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

//Kau adalah awal dari segala kisah yang akan dimulai.\\

~S e r p i h a n H a t i~

Gerimis rintik-rintik menyambut pagi Sherly dengan penuh ketidak gembiraan. Pasalnya, rencana dirinya hari ini adalah ingin melayat ke rumah Riko untuk sekedar mengucap bela sungkawa perihal ibunya yang baru saja meninggal dunia.

"Kenapa pake hujan segala, sih? Bikin ribet aja."

Sherly meletakkan kembali jaket beserta kunci motornya. Ia memilih membuatkan sarapan untuk Angga, sang kakak.
Dua potong roti tawar, diolesi selai nutela, dengan keju slice di dalamnya, siap untuk disajikan di meja.

"Mas, Sarapannya udah siap!" seru Sherly dari ruang makan.

"Ya, Mas turun."

"Roti nutela plus keju slice siap dinikmati," ucap Sherly sambil menyodorkan sepiring roti dan segelas susu ke depan Angga yang sudah terduduk di kursi makan mereka.

Sherly mengintip ke arah jendela, berharap bahwa hujan akan segera reda dan ia bisa berbela sungkawa ke rumah Riko nantinya.

"Kamu udah rapi? Mau ke mana, Ly?"

"Tadinya Ly mau ngelawat ke rumah temen, malah hujan. Hari ini Ly juga kerja, Mas."

"Mas antar kamu, ya?" Sherly mengangguk kegirangan setiap kali Angga menawarkan jasa antar kepadanya. Empat tahun adalah waktu yang cukup panjang untuk mereka berpisah menjadi dua insan yang saling berjauhan.

Sherly terpaksa nekat menerobos derasnya hujan. Pasalnya, Sherly harus sampai di tempat kerja pukul 11.30 WIB, sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 09.45 WIB. Belum lagi, niatnya untuk mengunjungi rumah Riko tak mungkin diurungkan begitu saja.

Jas hujan, pelindung kepala, serta pakaian ganti yang sudah disediakan telah siap digunakan, ia berangkat mengendarai motor kesayangannya dengan disopiri Angga. Angga tak segan untuk menikmati masa-masa kebersamaan mereka di bawah rintik hujan yang cukup deras.

"Kenapa tadi nggak mandi hujan aja, ya?"

"Mas mau kalau Ly demam?"

"Ya, nggak juga."

Mereka saling bersahut suara sepanjang perjalanan. Sampailah di kediaman duka Riko yang nampaknya sudah sepi seperti tak berpenghuni. Adakah orang di sana? Atau Sherly datang di waktu yang tidak tepat?
Baru saja ingin mengetuk pintu rumah di sana, tiba-tiba seorang paru baya yang bisa dibilang tetangganya itu sudah lebih dahulu menghentikan niat mereka.

"Rumahnya kosong, Neng. Semua sedang pergi ke pemakaman."

Pemakaman? Hujan-hujan begini ke pemakaman? Apa nggak kasihan sama ibunya? Bodolah, itu semua 'kan urusan mereka.

SERPIHAN HATI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang