~S e r p i h a n H a t i~
Seorang ibu masih berharap bahwa putranya baik-baik saja. Melihat putrinya terbaring lemah tak berdaya, sudah cukup membuatnya sangat tersiksa. Tidak memungkinkan lagi untuknya melihat putra sulung yang sangat ia dambakan terluka.
Airi terus mengorek informasi tentang jatuhnya pesawat, memeriks daftar korban selamat, luka-luka, maupun korban meninggal dunia dalam catatan rumah sakit yang mengidentifikasi para korban. Belum ada nama Angga tercantum dalam semua catatan yang diterima sejak 6 jam lalu. Ia terus berdoa dan terus berharap kepada Tuhan agar melindungi putranya. Tak henti-henti ia berdoa.
"Bu, apa Ibu sudah dapat kabar tentang Mas Angga?" Yuda juga terlihat khawatir dengan kondisi Angga yang belum empat mengabarinya sama sekali.
"Belum, Nak, Ibu selalu pantau daftar korbannya, tapi belum ada nama Angga."
"Ibu yang sabar ya. Menurut rekan medis yang Yuda kenal di sana, korban yang berasa dari luar negara akan dipulangkan ke negaranya masing-masing, dan untuk Indonesia akan dibawa ke rumah sakit Polri Keramat Jati Jakarta."
Airi hanya mengangguk. Ia benar-benar tak ingin menerima kabar bahwa putranya menjadi korban kecelakaan pesawat yang baru saja terjadi. Pasalnya putri bungsu yang sangat ia sayangi juga masih dalam kondisi belum sadarkan diri.
"Yuda, Ibu tak ingin kehilangan putra maupun putri kesayangan Ibu."
"Percayakan semuanya pada tuhan, Bu. Yuda yakin Mas Angga akan baik-baik saja."
"Ibu hanya bisa berharap, Nak, Ibu selalu berharap, walau mungkin harapan itu akan terlalu menyakitkan."
"Apa Pak Syakieb tau tentang ini?" Airi menggeleng. Ia tak memberi tahu siapapun bahwa putranya akan pulang ke Indonesia hari ini. Bahkan Angga sendiri meminta agar tidak memberi tahu siapapun supaya mereka terkejut atas kepulangannya. "Sebaiknya Ibu memberi tahu Pak Syakieb tentang ini semua, sebelum ia terlambat mengetahuinya."
Airi menyeka air mata yang terus menetes. Menelpon sang suami yang sudah tak mencintainya lagi. Tak ada jawaban yang diterima dari nomor tersebut, hingga Airi memilik untuk mengirimnya pesan singkat agar segera dibaca.
Daftar nama-nama korban yang ditemukan selama 6 jam sudah menginjak angka puluhan penumpang tewas saat kejadian. Harapan Airi mulai pupus dengan segala apapun yang akan diterimanya nanti.
~S e r p i h a n H a t i~
Setelah Yuda menenangkan Airi, ia membawa Airi untuk menunggu dan selalu berdoa di depan ruangan tempat Sherly berada.
"Ibu mau masuk ke dalam menemui Sherly."
"Baik, Bu, biar Yuda yang terus memantau perkembangan korban pesawat."
Airi masuk ke dalam ruang Sherly, mendudukkan diri di kursi yang ada di sana, menatap wajah putrinya dalam-dalam, sesekali ia mencium kening sang putri lalu menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERPIHAN HATI [END]
RomanceWARNING!! MENGANDUNG KATA-KATA KASAR DAN KEKERASAN [BUDAYAKAN VOTE SETELAH MEMBACA] "Karena dia adalah calon Ibu kamu yang baru." "AYAH! AYAH UDAH NGGAK WARAS, KAH?! BISA-BISANYA AYAH MENGHIANATI IBU SEMUDAH ITU? LY NGGAK NYANGKA YAH, SEORANG MUHA...