11 [Renggang]

4 2 0
                                    

//Rasanya hatiku ingin menyerah, tapi apa daya jika aku hanya bisa pasrah kepada yang maha kuasa\\

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

//Rasanya hatiku ingin menyerah, tapi apa daya jika aku hanya bisa pasrah kepada yang maha kuasa\\

~S e r p i h a n H a t i~

Isak tangis masih menggema di dalam kamar Sherly. Sebutan anak menjijikan, masih terngiang jelas di telinganya.

Sebegitu hinakah aku di mata Ayah? Mengapa ia tak pernah menganggapku ada? Mengapa aku seperti anak haram yang diabaikan oleh ayahku sendiri? Bahkan aku sendiri merasa kebingungan dengan apa yang harus kulakukan seterusnya. Apapun keinginannya sudah kupenuhi, bahkan tuntutannya atas semua hal, telah aku ikuti. Mengapa tuhan? Mengapa engkau begitu mengujiku dengan tingkah ayahku? Sebenarnya apa yang membuat ayah benci dengan anaknya sendiri? Beri aku jawaban atas segalanya, dan tolong hentikan semua sandiwara keluarga ini, Tuhan.

Suara perdebatan antara seorang perempuan dan seorang lelaki yang tak lain adalah Airi dan Syakieb masih terdengar riuh di telinga Sherly. Ia tetap harus menjalani pernikahan dengan anak keluarga Ananta, hingga Syakieb rela menjadikan anaknya istri kedua demi keegoisannya sendiri.

Sherly berusaha tak menggubris segala ucapan yang terlontar dari mulut ayah dan ibunya. Namun nakas, suara mereka terus saja terdengar nyaring hingga membuatnya hampir kehilangan akal.

"Mereka benar-benar membuatku hampir gila," ucapnya sambil meraih jaket kulit yang tersampir di belakang pintu kamarnya.

Handle pintu terbuka, hingga membuat suasana hening seketika. Menunjukkan dua orang yang tengah berdebat, kini menatap ke arahnya.

"Mau ke mana kamu?" seru Syakieb.

"Mau ke manapun aku, itu bukan urusan Ayah!"

Kakinya melangkah menjauhi kedua orang tuanya. Dengan pikiran yang kacau, ia melajukan kendaraannya dengan kecepatan maksimal. Tak pedulilah bagaimana kondisi jalanan yang sedang dilaluinya.

"Rania benar-benar tidak waras, jelas saja dia tau kalau aku sudah mulai mencintai Radit, bahkan aku sudah membuka hatiku untuk pria yang sebentar lagi akan menjadi suamiku, dan ternyata ia yang lebih dulu merebutnya dari genggamanku." Laju kendaraan mulai ditambah olehnya, walau Sherly sendiri tak tau harus ke mana. "Gue harus ketemu Rania, gue harus bicarain semuanya, dan gue bener-bener nggak terima kalau dia merebut segalanya dari gue."

~S e r p i h a n H a t i ~

"Permisi ... Assalamualaikum." Sherly berdiri tepat di depan pintu kediaman Ananta. Datang seorang paru baya yang tak lain adalah asisten rumah tangga di sana.

"Waalaikumsallam, mau cari siapa ya, Non?"

"Saya perlu bicara dengan Rania, panggil dia ke sini."

"Baik, tunggu sebentar ya, Non."

Lima menit berlalu, seseorang yang dicaripun tak kunjung datang menghadapnya. Sial! Rania benar-benar kelewatan.

SERPIHAN HATI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang