13 [Ketidak harmonisan]

6 2 0
                                    

~S e r p i h a n H a t i~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~S e r p i h a n H a t i~

Dering telepon yang berbunyi berulang kali tanpa henti mengisyaratkan sang pemilik untuk membuka matanya dan terbangun dari alam mimpi. Lelaki yang kerap disapa Yuda ini masih saja menutup matanya dan larut ke dalam mimpi tanpa bosan, padahal waktu telah menunjukkan pukul 10.33 WIB. Terlelap seperti 'putra tidur' benar-benar membuat nyaman dirinya hingga ke ujung dunia.

Handle pintu terbuka, menunjukkan seorang wanita yang kini sudah berstatus sebagai kakak iparnya. Membawakan segelas susu dengan dua potong roti yang sudah diisi dengan selai strawberry, lengkap dengan keju slice yang diletakkan di tengah roti.

"Yud, bangun, udah siang ini."

"Eugh ... Lima menit lagi," jawabnya lirih sambil menutup kembali selimut di tubuhnya.

"Yuda, hari ini Ayah panggil kamu di bawah, kamu cepat bangun."

Astaga! Berani sekali dia belaga seperti seorang kakak ipar, padahal ia menikah sebab menikung sahabatnya sendiri, batin Yuda.

Memang Sherly, Yuda, bahkan Rania telah bersahabat sejak mereka duduk di bangku SD. Persahabatan mereka terbilang jarang mendapati masalah dibandingkan kisah persahabatan yang lainnya. Namun ketika hari itu tiba, Sherly bahkan Yuda sendiri mulai membenci wanita yang pernah menjadi sahabatnya, yang kini telah dicap oleh kebanyakan orang sebagai perempuan 'pelakor'.

Namun Rania tetap tangguh dan berusaha tak menghiraukan segala ucapan dari para tetangga, saudara, bahkan teman-teman dan sahabatnya. Dengan gigih dan usaha yang tangguh, ia berusaha mempertahankan anak yang kini sedang ada dalam kandungannya, yang sebentar lagi sudah memasuki usia kandungan dua belas minggu.

"Yud, ayok, jangan lupa sarapannya dimakan dulu."

Yuda yang mulai geram pun bangkit dari tidurnya membelakangi Rania. "Dengar ya Rania, lo dulu memang sahabat gue, dan gue terkesan lembek dalam segala hal. Tapi gue juga nggak akan suka dengan cara berpikir lo, apalagi nganggep lo sebagai kakak ipar gue dengan hasil merebut Radit dari Sherly."

"YUDA!"

Plak

"Cukup! Cukup ngatain gue pelakor, padahal gue sama sekali nggak merebut Radit dari Sherly atau siapapun, dan gue juga nggak mau hal ini terjadi."

"Pelakor tetap pelakor, dan selamanya akan tetap sama."

Yuda bangkit meninggalkan Rania yang mulai membendung air matanya. Duduk di tepian ranjang dengan hati yang mulai sakit dan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kenapa kalian semua selalu bilang aku pelakor? Padahal jelas, Raditlah yang bersalah di sini. Aku juga nggak mau hal ini terjadi, tapi mengapa justru aku yang selalu disalahkan? Ini semua di luar kendaliku, bukan keinginanku, apalagi rencanaku."

SERPIHAN HATI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang