08 [Pertunangan]

8 3 0
                                    

~S e r p i h a n H a t i~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~S e r p i h a n H a t i~

"CEPAT PAKAI INI, SHERLY!" Syakieb memaksa sang putri mengenakan gaun brokat berwarna abu-abu tua dengan bandana bunga yang dirancang sesuai dengan baju yang akan dikenakannya.

"Nggak, Yah, Ly nggak mau!"

Seorang MUA yang sengaja di panggil untuk mempercantik sang putri pun merasa keheranan akibat tingkah anak dan ayah yang kurang akur.

"RAYAN, DEVAN, PAKSA SHERLY SAMPAI DIA MAU MENGENAKAN GAUN INI!"

"Iya, Yah."

Dua lelaki idiot yang selalu saja memerintah seenak jidat mereka, memaksa Sherly masuk ke dalam kamarnya dan mengganti pakaian dengan gaun yang sudah disiapkan.

Air mata mulai berjatuhan di pipi Sherly. Bagaimana tidak? Pertemuan paksa yang direncanakan oleh kedua belah keluarga atas perjodohan yang belum sama sekali ia tanggapi justru menuai huru-hara di keluarganya.

Ly ingin ketemu Mas Angga, hiks.

Pipi merah merona yang sudah diberi polesan blush on oleh perias tersebut mendadak panas akibat salah seorang dari balik kamarnya berteriak lantang. Lo cantik, Ly.

Suara itu menggema bagaikan penyemangat hidup Sherly yang kian lama telah hilang ditelan waktu. Tak terlihat siapakah itu, tapi yang jelas itu suara lelaki. Yuda kah di sana? Atau justru Devan atau Rayan yang memujinya? Tapi tak mungkin seorang Devan dan Rayan, iblis berwujud manusia itu mengucapkan kalimat pujian untuk seorang Sherly Syifabella.

Air mata yang semula jatuhpun sudah dapat diseka hingga tak terlihat jejaknya lagi di sana.

"Mbak, sabar ya. Seorang Ayah nggak akan mungkin memilihkan putrinya pria yang sekiranya tidak pantas. Mungkin ini jalan terbaik Tuhan untuk Mbak," ucap Ratih, selaku perias pengatin yang sudah berpengalaman dalam kariernya.

Sherly mengangguk, ia mengerti dengan ucapan Ratih yang kian menyadarkannya. "Makasih ya, Mbak Ratih."

~S e r p i h a n H a t i~

Rintiknya hujan memecah keheningan malam yang penuh ketegangan untuk seorang gadis cantik mengenakan pakaian anggun dengan riasan wajah yang sangat cocok di usianya, siapa lagi kalau bukan Sherly.

"Lo harus senyum di depan orang banyak," pinta Devan, si penguasa lautan. Tidak, penguasa rumah Sherly lebih tepatnya.

"Brisik," tegas Sherly kepada lelaki pengatur yang selalu membuatnya geram.

Suasana luar kamar Sherly sudah benar-benar ramai. Nampaknya dari keluarga laki-laki pun sudah hadir di tengah para tamu undangan.

Semoga ini yang terbaik untuk semua.

SERPIHAN HATI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang