02 [Pacar Sahabat]

66 15 116
                                    

~S e r p i h a n H a t i~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~S e r p i h a n H a t i~


Sang mentari pagi menerobos masuk ke dalam kaca apartemen dan menyoroti bola mata yang masih terpejam di antara mimpi semalam. Suasana sejuk di pagi hari, juga sudah menusuk sela-sela kulitnya yang masih ditutupi selimut tebal yang ada di sana.

Berbeda dengan sosok pria tampan yang sedang mempersiapkan keperluan kerjanya, diseling dengan menyiapkan makanan untuk wanita yang masih tertidur lelap di ranjang kesayangannya.

Sherly terbangun dengan kepala yang masih tak karuan akibat minuman yang seharusnya tak pernah ia sentuh sedikitpun. Tubuhnya juga terasa sakit, padahal ia tak melakukan pekerjaan berat tempo hari. Mata yang masih sedikit hanyut ke dalam dunia mimpi, kini mulai tersadar bahwa dirinya sedang tak berada di dalam kamar.

"Gue di mana?"

"Udah sadar?"

Tatapan sipit dari wanita yang berusaha bangkit dari tidurnya itu, membulat sempurna perihal lelaki di hadapannya yang memakai pakaian tanpa terkancing.

"Shit! Keluar lo!"

Kemudian lelaki itu sibuk mengancing kemejanya sambil menaikan sebelah alis. "Lo pikir ini rumah siapa?"

"Emm sorry ... A-apa yang terjadi?"

"Lo mabuk dan pingsan. Gue saranin, kalau mau bergaya nggak usah sok-sokan."

Amarah mulai menggebu pada diri Sherly, seakan tak terima dengan ucapan lelaki itu, hingga memasang tatapan intimidasi pada wajahnya. Ia merubah posisi yang semula terduduk menjadi berdiri menghadap lelaki yang memiliki tubuh dua kali lipat lebih besar darinya.

Telunjuk kecil milik Sherly sudah diacungkan ke depan wajah lelaki tersebut. "Jangan berani ngurusin hidup gue!" Sherly memalingkan wajahnya, hingga membuat langkah besar untuk menjauhinya.

"T-tunggu... Sarapannya?" Ah benar, pria tadi sudah membuatkan makanan lezat untuk Sherly yang bahkan tak diliriknya sama sekali.

Derap langkah yang masih sering kali melemas, berusaha untuk menopang beban tubuhnya yang kian memberat. Dengan tenaga ekstra, ia pergi meninggalkan unit apartemen pria tersebut tanpa mengucap apa-apa.

"Dasar cowok brengsek!" Sherly berusaha menetralkan indra penciumannya yang mulai menghirup aroma sesuatu. "Nggak mungkin gue pulang ke rumah dengan bau alkohol gini, bisa-bisa malah diamuk Ayah. Ah! Harusnya tadi gue mandi dulu di sana."

Sebab tak ingin menambah rentetan masalah, Sherly memilih untuk mengunjungi rumah Rania untuk sekedar menumpang mandi.

"Naik apa ya?" Sherly melihat isi dompetnya yang hanya menyisakan uang dua puluh ribu rupiah. "Duit pas-pasan gini, nggak mungkin buat naik taksi."

SERPIHAN HATI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang