07 [Devan]

11 4 0
                                    

//Bagai imigran gelap yang punya sisi baik\\

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

//Bagai imigran gelap yang punya sisi baik\\

~S e r p i h a n H a t i~

Manik mata merah tengah mengawasi wanita mungil yang masih terlelap dalam tidurnya. Pakaian hitam dengan tubuh yang menjulang tinggi melebihi manusia itu, mulai mendekat ke arah gadis kecil tersebut. Semakin lama semakin dekat, semakin terasa pada tubuh sang gadis bahwa ada seseorang yang tengah mengawasinya.

Dibukalah mata coklat miliknya yang belum sepenuhnya sadar. "Siapa kamu?!" tanyanya kepada sosok berbadan besar yang kini terdiam di samping lemari kamarnya.

Ia hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan yang dilanturkan untuknya. Pikiran Sherly mulai terbuka ketika melihat sebuah pisau tajam yang digenggam orang tersebut. Darah ... Ia berdarah, dan darah itu terus mengalir dari sela-sela jarinya akibat mata pisau yang kini digenggamnya dengan erat.

"P-pergi, jangan ganggu aku!"

Sherly berlarian mencari jalan keluar dari kamarnya. Semua terkunci! Tak ada satupun yang terbuka kecuali jendela yang mengarah langsung ke luar rumah. Bola mata makhluk tersebut berubah menjadi merah sempurna, seperti iblis yang siap memangsanya hidup-hidup.

Aku harus loncat!

Tidak! Ia tidak bisa loncat, sebab ia sedang berada di lantai dua rumahnya. Tak mungkin jika ia harus loncat dari sana, dan melayangkan nyawanya sendiri hanya demi ketakutan semata.

Tapi sosok itu? Apa aku harus mati di tangan dirinya?

Sherly benar-benar bingung, sosok menyeramkan itu seperti akan menikamnya di tengah kegelapan dan juga hujan lebat yang sedang berlangsung. Sosok tersebut mengarahkan pisaunya ke wajah, hingga akhirnya menyayat wajahnya sendiri tanpa ada rasa sakit yang di derita.

Tak ada pilihan lain, Sherly harus loncat jika ingin selamat. Kaki kecil miliknya mulai menginjak tumpuan pada kaca yang  cukup untuk satu tubuh saja. Sherly mencondongkan tubuhnya ke depan agar terjatuh ke bawah.

Bugh!

Ia sudah terjatuh! Tapi badannya tak terasa sakit sama sekali. Posisi terjatuhnya juga tak seperti yang ia harapkan. Apa aku sudah mati? Batin Sherly seakan bertanya-tanya sendiri.

"Heh, bangun! Lo gila ya, mau terjun bebas dari sini?"

Mata Sherly membulat sempurna ketika mendengar suara bass dari seorang lelaki yang tak asing baginya.

"Devan?"

Devan memasang mimik wajah marah ketika melihat Sherly sudah tersadar dari mimpi buruknya. "Lo kalo mau mati nggak usah pas ada gue!"

"T-tadi ...."

"SANA MANDI, BUATIN GUE SARAPAN!"

Bekas luka yang masih terasa sakit akibat perlakuan Devan dan juga adiknya kemarin, membekas sempurna di tubuh dan juga wajahnya.

SERPIHAN HATI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang