17 [Pulih]

8 0 0
                                    

~ S e r p i h a n H a t i~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ S e r p i h a n H a t i~

Setelah titikan air mata itu terjatuh dari pipi Syakieb, perlahan air mata jatuh dari pipi mungil wanita yang terbaring di ranjang tersebut. Sepertinya Sherly bisa mendengar suara hati ayahnya yang sedari tadi berbicara dengannya.

Airi terharu melihat Sherly menitikkan air mata. "Ayah, anak kita menangis."

"Ly, kamu pasti bisa mendengar kami, ayok cepat sadar, Nak."

Tak lama jemarinya mulai bergerak dengan perlahan, menunjukkan bahwa ada respon yang tercipta dari putrinya. Airi dan Syakieb begitu antusias memanggil para dokter dan perawat untuk memeriksa kondisi Sherly. Benar saja, ia sudah melewati masa komanya. Airi sangat bersyukur bahwa putrinya baik-baik saja, walau kondisinya masih sangat lemah.

Dua pria muda yang memantau situasi dari luar jendela juga ikut bahagia melihat wanita di dalam sana mulai memunculkan reaksinya.

"Alhamdulillah, Sherly nggak jadi mati," seru Rayan.

Devan sang kakak justru memukul kepalanya keras. "Mulut lo dijaga dikit bisa nggak?"

"Ya maaf."

Sherly dapat melewati masa koma yang sudah hampir empat hari ia lalui. Ia belum tersadar, sebab kondisi tubuh yang lemah belum memungkinkannya untuk membuka mata.

"Kapan putri saya akan bangun, Dokter?"

"Sepertinya tidak lama lagi ia akan tersadar. Kita terus berdoa dan berserah diri dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa, Sherly pasti akan baik-baik saja."

"Terima kasih, Dokter."

Airi sejenak memikirkan tentang Yuda. Ia harus mengetahui keadaan Shery saat ini, karena sudah hampir dua hari ia tak datang menemui Sherly karena memiliki banyak pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.

Ponsel airi menghubung ke nomor Yuda, namun sayang sekali nomor tersebut tidak aktif. Ia berpikir untuk mengunjungi rumah keluarga Ananta, tapi tidak mungkin ia meninggalkan Sherly sendirian di dalam ruangan.

Dua lelaki yang sepertinya memiliki belas kasihan itu belum beranjak pergi dari sana. Airi berpikir untuk menitipkan Sherly kepada mereka.

"Nak, apa boleh Ibu titip Sherly sebentar? Satu jam Ibu akan kembali."

"Sangat boleh dong, Bu. Kami 'kan juga sayang Sherly," jawab Rayan.

Alhamdulillah ada yang mau menjaga Sherly. Semoga saja aku tidak salah menitipkannya kepada dua orang ini.

~S e r p i h a n H a t i~

"Ayah ini apa-apaan? Radit sudah menikah dengan Rania, apa mungkin Radit memiliki dua istri?"

SERPIHAN HATI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang