🌀

550 63 40
                                    

Terik matahari siang membuat tenggorokan kering dan biasanya akan ada air yang mengalir masuk ke mulut melewati tenggorokan, tapi saat ini berbeda karena bulan ramadhan telah tiba.

Gojo Satoru pemuda satu ini tengah duduk di pinggir jalan mengibaskan tangan membuat angin kecil meniup wajah putih nan mulus itu, namun tetap saja panas terasa apa lagi di tenggorokan.

"Saya hanya ada uang besar maaf ya," Geto Suguru berjalan di depan Satoru sembari memberi uang dengan jumlah besar, sebelum itu tangannya di tepis oleh pemuda bermata ocean.

"Kau kira aku pengemis?" Satoru menatap sinis Geto yang tengah tertawa, tak lama Shoko datang bersama Utahime lengkap berpakaian gamis tak lupa mukena di tangan.

"Kalian tidak ke masjid?" Shoko bertanya memeluk mukena berwarna putih, berdiri di samping Geto.

"Satoru mengajak ku untuk bolos shalat," Geto menujuk Satoru yang lagi asik membersihkan kaca mata hitam milik nya.

"Dan kau mau saja di ajak ke jalan setan oleh Satoru?" Utahime menyahut menjaga jarak dari Satoru takut takut di sentuh bukannya apa hanya saja Utahime ingin menjaga wudhu sampai pulang kerumah.

"Hee jangan asal menuduh loh, Utahime. Ingat fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan," Satoru berucap dengan peci yang baru saja di pasang ke kepala nya.

"Itu kenyataan, bukan lagi fitnah!"

"Ternyata kalian  berdua disini, kenapa tidak masuk ke mushola?" Kakek tua renta berjalan tertatih menuju ke empat remaja tadi, mata tajam ia berikan pada Satoru yang menjadi tersangka atas ajakan setan pada teman temannya.

"Halo Gakuganji, gimana sehat? Yah padahal aku sudah siap menghadiri pemakaman mu," Satoru berucap tanpa rasa bersalah berdiri di samping Utahime.

"Kau ini tidak ada sopan santun nya pada yang lebih tua, dosa kau pasti banyak," Utahime berucap mengambil langkah menjauh.

"Ku doa kan agar kau dapat ganjaran dari kelakuan mu," Gakuganji hanya bisa menghela nafas kasar berbalik ke arah Musolah lebih baik ia berzikir dari pada mengurus Satoru.

"Nah Utahime yuk antar calon suami mu ini Shalat," Satorut tersenyum lima jari.

"Ogah, kalau kau minta buat di shalatin oke oke aja sekalian aku  kain kafanin," gadis berhijab hitam itu mendelik ke arah Satoru.

"Ehh jahat nya!! Kau kira aku sudah meninggal?" Satoru mencibir memilih menarik tangan Geto untuk berwudhu.

"Jangan lupa ya ke rumah ku, Shoko, Utahime~" Satoru melempar flying kiss ke arah Utahime.

"Dasar- huft sabar sabar ingat bulan puasa," Utahime tak jadi marah mengingat ia sedang berpuasa harus mengontrol amarah nya pada Satoru.

Geto melepas sandal memasuki area musolah berjalan ke tempat khusus wudhu laki laki, sedangkan Satoru bersandar di depan pintu menonton Geto yang tengah berwudhu.

"Suguru, ayo buka puasa!" Ajak Satoru setelah Geto selesai berwudhu.

"Ini masih jam 12 siang, belum magrib," Geto melewati Satoru yang mencibir diri nya, yah meski begitu pemuda bermata ocean itu juga ikut melaksanakan shalat bersama Geto.

Jam menujukan pukul 4 sore, kedua pemuda ini tengah mencari makanan untuk berbuka puasa, jejeran manisan terpampang jelas di mata Satoru dengan binar ia mulai mendekati sang penjual manisan, tentu saja diikuti Geto kalau tidak mungkin Satoru bisa memborong seluruh manisan yang ada.

"Ingat jangan semuannya, Shoko sama Utahime udah bikin jajanan kan," Geto mengingat kan Satoru yang di balas anggukkan.

"Suguru lihat mereka menjual permen apel!" Satoru hendak mengambil namun tangannya di tahan oleh Geto.

ꗄ꙰ꦿ || Gouta ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang