Road To Happiness

471 74 71
                                    

Road To Happiness

Keheningan terjadi setelah wanita paruh baya bersurai putih itu masuk ke dalam rumah, meninggalkan sepasang suami-istri yang kalut pada pikiran masing-masing.

"Kamu benar-benar tidak masalah memiliki anak?" Pertanyaan keluar dari bibir si putih, Utahime mengangguk tanpa ragu.

"Baiklah kalau itu keinginan mu, jangan sampai menyesal dikemudian hari, karena aku sendiri tak terlalu berharap akan memiliki keturunan," Ujar Satoru sambil memangku sebelah wajah dengan tangan, sementara matanya menatap sang istri.

"Aku tidak akan menyesal." Balas Utahime penuh keyakinan. Meski awalnya si raven hanya memenuhi permintaan mertuanya, namun ada bagian kecil darinya yang ingin memiliki keturunan.

.
.
.

Beberapa hari setelah itu, keduanya konsultasi ke dokter, Utahime juga menjalani program kehamilan. Satoru dan Utahime menjalani hubungan suami-istri yang sesungguhnya.

.
.
.

Matahari bahkan belum terbit ketika Utahime mendadak bangun dari tidurnya kemudian langsung berlari ke kamar mandi, terduduk di depan kloset sambil mengeluarkan semua isi perut.

Wajah pucat pasi, tubuhnya juga terasa sangat lemah. Susah payah ia berdiri, tangannya terulur menekan tombol diatas kloset sebelum berjalan tertatih menuju ranjang.

Si raven berdecak sebal ketika melihat jam menunjukkan pukul 06.00. Bisa-bisanya ia kesiangan seperti ini. Perlahan ia bangkit keluar kamar menuju dapur.

.
.

Pria bersurai putih itu meregangkan tubuh sehabis lari diminggu pagi yang cerah. Iris birunya menatap ruang keluarga, biasanya TV diruangan tersebut sudah dinyalakan oleh Utahime setelah memasak sarapan. Namun, sekarang TV dalam keadaan mati dan rumah benar-benar sepi.

"Apa dia belum bangun?" Gumam Satoru, kaki panjangnya melangkah ke dapur, didapatinya Utahime yang bersandar pada lemari pendingin dengan wajah pucat, bergegaslah si putih menghampirinya.

"

Utahime? Kamu terlihat tidak sehat," Ujar Satoru, Utahime mengangguk lemah, sebelum melangkah susah payah menuju kursi, naas baru 3 langkah, tubuhnya hampir ambruk ke lantai jika tidak ditahan si putih, Satoru memapahnya menuju kursi. Begitu sudah duduk, Si raven buru-buru mendorong si putih, Satoru mengerutkan kening, bingung dengan tingkah 'istrinya'.

"M-maaf, tapi aku pusing mencium bau parfum mu," Ujar Utahime terbata, Satoeu mengendus diri sendiri.

'Tidak bau, aku bahkan memakai parfum yang sama selama ini karena dia bilang baunya harum?'

Kira-kira begitulah isi pikiran si putih, karena terlalu sibuk dengan pikirannya, Satoru tak menyadari perubahan ekspresi wanita di depannya. Utahime menutupi mulutnya dan melangkah cepat ke wastafel, memuntahkan isi perut yang bahkan sudah kosong jika organ tubuh tak dihitung.

Satoru menahan tubuh lemas wanita didepannya, menyelipkan tangan dibelakang lutut dan punggung sebelum membawanya masuk mobil untuk pergi menuju rumah sakit, tak perduli Utahime yang memberontak memintanya menjauh.

.
.
.

"Istrimu hamil, selamat Satoru!" Seruan gembira si Dokter wanita membuat Gojo terdiam, otak pintarnya masih memproses informasi yang masuk.

Shoko mendengus melihat sahabatnya yang terdiam, ditepuknya keras pundak si putih, sebelum beralih memeluk Utahime yang tanpa sadar menangis.

Gojo perlu beberapa saat sampai loading dikepalanya selesai, jujur ia kaget hingga tak merasakan apapun, baik senang ataupun sedih, biasa saja.

"Aku akan menjadwalkan check-up, juga menuliskan Resep serta makanan yang baik untuk ibu dan bayinya," Shoko bergegas menuju meja kerjanya.

Satoru perlahan mendekati si raven. Mata berbinar kebahagiaan terlihat jelas diwajah Utahime.

'Apa memiliki anak sangat membahagiakan hingga dia seperti ini?'

"Satoru, kita akan menjadi orang tua," Ucap Utahime, Satoru mengulas senyum biasa tanpa makna, sebelum mengelus surai si raven. Yang ada dihadapan si putih adalah Utahime, namun mata Satoru melihat orang lain yang ia elus kepalanya sekarang. Tanpa sadar bibir nya tersenyum senang melihat 'wanita didalam pikirannya'.

.
.
.

Hari-hari berat selama masa kehamilan mulai dijalani Utahime, mulai dari moodnya yang selalu berubah-ubah, tubuhnya yang perlahan membesar seoring bertambahnya usia kandungan, dan tentunya masa-masa mengidam.

Utahime duduk disofa kamarnya sambil membaca novel romansa. Kadang dia berseru bahagia, tersipu, senyum-senyum, sampai marah-marah, hingga akhirnya menangis bahagia karena akhir cerita bahagia.

Novel itu bercerita tentang sepasang suami istri yang menikah karena dijodohkan, keduanya sama-sama mengalami masa sulit hingga berakhir bahagia, mengingat isi novelnya, si raven terbayang dirinya dan Satoru, pipi nya bersemu setiap membayangkan perlakuan Satoru selama ini.

"Tanpa sadar aku mencintaimu, Satoru." Kata Utahime pelan, sebelum menenggelamkan wajah pada bantal sofa, tak sadar kehadiran sosok Satoru di pintu. Pria itu terdiam, ekspresi nya berubah datar, tangannya mengepal, ia meninggalkan rumah tanpa pamit.

.
.
.

Suara langkah kaki membangunkan si raven dari tidurnya, ia lekas berdiri guna menyambut sosok suami yang sudah ia tunggu kehadirannya.

"Selamat datang Satoru, aku sudah memasak makan malam, ayo kita makan-"

"Aku tidak lapar."

Utahime bahkan belum selesai bicara saat si putih meninggalkan nya begitu saja. Si raven terdiam.

"Pasti dia sangat lelah." Gumam Utahime, pada akhirnya memilih makan, karena dia menanggung satu nyawa lagi dalam perutnya.

Hari berikutnya Satoru kembali mengabaikan Utahime, langsung pergi saat sarapan, si raven berasumsi Suaminya banyak pekerjaan. Namun hal ini terus berlanjut.

Pagi itu, Utahime ada jadwal check-up rutin ke dokter kandungan, ia berdiri di depan pintu kamar si putih, menunggu Satoru keluar kamar.

Pintu terbuka menampakkan si putih dengan setelan kerjanya. Satoru menatap datar Utahime.

"Ada perlu apa?" Tanya Si putih sarkas.

"Hari ini jadwal check-up, biasanya kita pergi bersama kan?" Si raven berkata ragu melihat Satoru yang nampak tak suka.

"Aku sibuk, pergilah dengan Ichiji atau siapapun." Satoru melenggang pergi lagi untuk kesekian kalinya.

Utahime mengelus perutnya yang sudah masuk 5 bulan kehamilan.

"Ayahmu sibuk nak, jadi kali ini pergi nya dengan Bunda saja ya?" Kalimat itu hanya ungkapan si raven untuk menguatkan diri sendiri.

ᕙ(☉ਊ☉)ᕗᕙ( : ˘ ∧ ˘ : )ᕗᕙ(☉ਊ☉)ᕗ

HUEAAAWAAA AUDI KAMGEN KALIAN 😭 MAAFIN KARENA LAMBAT BANGET UPDATE NYA ,❤️ makasih buat kalian yang masih nungguin book ini


ꗄ꙰ꦿ || Gouta ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang