Childhood

727 77 25
                                    

Pohon Cherry dan Hafalan

Sore itu nampak tenang, angin berhembus pelan, seperti biasa para warga pulang selepas bekerja. Waktu ini juga biasa dimanfaatkan para bocah-bocah untuk main bareng kawan-kawan.

Namun itu biasanya, beda lagi kalau gak ada yang ngajakin karena pada sibuk. Hal ini dialami bocah lelaki berambut putih, Gojou Satoru, anak dari pemilik perkebunan kelapa sawit di Desa Jujutsu.

Duduk didepan teras rumah sambil memangku wajah, sesekali menghela nafas, berharap ada yang bisa menghibur hatinya.

Harusnya sore begini, dia udah main bareng sahabat nya, Suguru. Tapi karena Suguru ada remed ulangan MTK, sahabat nya itu gak dibolehin keluar ama emaknya, kecuali udah selesai belajar.

Iris birunya mandangin sendal hitam keluaran baru yang dibeliin Papanya Minggu lalu, pas ke Luar Kota. Jujur ya, Satoru tuh lebih suka tinggal di Kota, kalau bosen tinggal ke Timezone atau apa kek gitu. Dia pindah ke sini karena Mamanya yang protes Satoru keseringan main diluar rumah, takut dia salah pergaulan.

"Gak guna kalau diem," monolog Bocah kelas 4 SD itu, ia bangkit dan jalan santuy ke tempat rahasia dia dan dua sahabat nya, dibelakang bukit yang jaraknya gak terlalu jauh dari Sekolah mereka.

Kira-kira 10 menit perjalanan, Mata bocah itu udah bisa ngeliat Pohon Cherry yang daunnya rindang, adem pasti kalau senderan dibawah pohonnya. Kaki nya melangkah mendekat sampai terhenti karena ngeliat sosok lain dibawah pohon.

Anak gadis 2 tahun lebih tua darinya, Utahime Iori yang lagi senderan sambil megangin Buku bertuliskan 'Juz Amma'.
Senyum terulas dibibir Satoru, anak gadis yang pake baju terusan  selutut warna merah dengan gambar Minnie mouse dibagian depan itu salah satu alasan Satoru masih betah tinggal disini.

Si putih mendekat dan langsung duduk disebelah gadis kuncir dua tersebut.

"Sore Uta!" Seru Satoru gembira, yang dipanggil memasang wajah jengkel, kenapa harus ada bocah putih ini sekarang.

"Apa!" Balas Utahime sarkas, ia bergeser guna menjauh dari Satoru.

"Gak boleh marah-marah loh, nanti cepet tua," Kata Satoru mengejak, Utahime mendengus kesal, ia berusaha tak perduli dan kembali membaca buku yang dipegangnya.

"Ngapain sih ?" Tanya Si putih penasaran, ia makin mendekati si raven yang kesal.

"Ish! Jangan ganggu dulu, aku mau hafalan!" Seru Si gadis, Satoru ber-oh ria.

Ia memperhatikan Utahime selama hampir 10 menit, gadis itu komat-kamit ngafalin surah dengan mata tertutup, tapi kayanya gak hafal-hafal.

Satoru melongok ke depan guna melihat surah apa yang sedang dihafal gadis disebelahnya.

"Owh, Al- Insyirah, aku udah hafal loh!" Sombong bocah lelaki, Utahime menimpuk wajah si putih dengan juz amma, ia beranjak bangkit, gak bisa hafalan dia disini apalagi kalau ada Satoru.

"Himee! Sini aja! Temenin aku," pinta Satoru, tangannya memegangi lengan Utahime, lebih tepatnya menarik paksa si raven biar duduk lagi.

Utahime memberontak kesal, pengen banget mukulin anak orang disebelahnya.

"Kalau gitu jangan ganggu! Aku mau hafalan kalau gak hafal besok, nilai agamaku kosong!" Kata Utahime, jengkelnya udah sampe batas.

Satoru ngangguk sambil senyum-senyum.
Si raven meluruskan kaki, Satoru yang pada dasarnya kurang dalam hal akidah dan akhlak langsung baring dipaha si gadis.

"Apasih! Jauh-jauh sana!" Tangan si raven terulur mendorong pelan kepala si putih, Satoru tak bergeming, bahagia dia bisa liat muka marahnya Utahime.

"Dengerin aku baca surah, kamu fokus aja baca itu yang dijuz amma," Ujar bocah lelaki  itu, pasrah, Si raven menurut, capek, kesel, gak kuat lagi mau ngadapin Satoru.

Detik selanjutnya, lantunan surah Al-Insyirah terdengar dari bibir Satoru, dengan lancar dan benar. Utahime mendengarkan sambil fokus membaca tiap ayat dilembar juz amma. Si putih mengulang membaca surah hingga tiga kali.

Si raven menutup mata, ia melafalkan ayat yang terekam dikepala serta pendengaran nya. Satoru mendengarkan, kalau masalah hafalan atau yang berhubungan dengan pelajaran, Si putih ini bisa lebij cepat dari teman-temannya, karena sedari kecil sudah diajarkan metode yang sesuai dengan dirinya.

Alasan si putih meminta Utahime mendengar kan bacaannya karena menurut pengamatan Satoru, gadis itu lebih mudah menghafal atau mengingat sesuatu yang ia dengar, singkatnya auditori.

Binar dimata Utahime terlihat begitu selesai melafalkan dengan baik dan benar 8 ayat surah tersebut.

Satoru ikutan senyum, langit mulai berubah oren.

"Udah mau Magrib, pulang sana, nanti dicariin mama," Kata Utahime, ditatapnya wajah bocah lelaki yang berbaring di pangkuannya ini.

"Hmm, nanti aja." Gumam Satoru, matanya menutup menikmati semilir angin.

Utahime menghela nafas, udahlah terserah Satoru.

"Utaaa, elus kepalu aku," perintah si putih, Utahime menolak keras, namun tangannya  ditarik paksa si putih biar ngelus kepalanya.

"Sekali ini aja, mama masih dikantor, bantuin papa,"

Kan, kalau udah denger kaya gini, mana Utahime tega. Emang pada dasarnya dia tuh gak tegaan, meski sedikit menggerutu, dielusnya kepala bocah dipangkuan nya.

"Jangan tidur! Gak baik tidur sore," Peringat Utahime, Satoru mengacungkan jempol.

Sekitar 10 menit kemudian, barulah Satoru bangkit dan mengajak Si gadis pulang.
Keduanya beriringan menuju rumah mereka yang memang tidak berjauhan.

...

😭✨❤️📊 Maaf karena bukan up Secretary Iori, ini semacan selingan, buat pemberitahuan bahwa Audi bakal Hiatus karena something,📢
Tetap jaga kesehatan 🥺 jangan bosen nungguin Audi yak😭✨
See youu next timee

ꗄ꙰ꦿ || Gouta ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang