🌌At The ReVe

107 26 26
                                    

Layaknya pepatah jawa yang berbunyi 'Witing tresno jalaran soko kulino', lama kelamaan baik Giandra maupun Harris jadi semakin terbiasa dengan keberadaan satu sama lain meski belum sampai tahap 'cinta'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Layaknya pepatah jawa yang berbunyi 'Witing tresno jalaran soko kulino', lama kelamaan baik Giandra maupun Harris jadi semakin terbiasa dengan keberadaan satu sama lain meski belum sampai tahap 'cinta'. Setelah kejadian beruntun yang kerap mempertemukan mereka mulai dari perkara jemput-menjemput hingga acara masak-memasak di kediamana keluarga Adiprama, hubungan Giandra dan Harris banyak mengalami perkembangan. Tidak pesat, namun cukup signifikan dimana keduanya sudah bisa mulai mengobrol dengan nyaman meski terkadang masih ada batas-batas yang tercipta selama hampir tiga minggu belakangan ini.

Tentu, jika sudah situasinya berubah seperti ini, maka orang yang akan merasa paling di untungkan adalah Pramono juga Soedirja mengingat dua orang sahabat lama inilah yang lebih dulu menginisiasi tentang rencana perjodohan anak-anak mereka.

"Yah, minggu ini aku sibuk." Gia kembali mengeluh dengan ponsel menempel ke telinga kanan.

Siang ini ayahnya mendadak menelepon, mengatakan padanya bahwa dalam waktu dekat lelaki itu berencana membawanya makan malam bersama dengan Harris juga Dirja. Katanya sih hanya ingin silahturahmi, namun tentu Giandra tidak akan sebodoh itu untuk percaya begitu saja pada alasan klasik yang di berikan Pramono.

"Sibuk apa sih? Perasaan kamu kalau di rumah kerjaannya cuma makan sama tidur doang."

Gia menjulingkan matanya kesal meski Pram tidak akan bisa melihatnya, "Aku kan emang selalu jadi pemalas di mata ayah." Balasnya kemudian di hadiahi tawa puas dari pria berumur di ujung sambungan.

"Bukannya emang pemalas?"

"Iyain aja biar nggak jantungan."

"Ini tuh cuma makan malam kasual, Gi. Nggak akan lama."

"Ya makannya emang nggak lama, tapi ngobrolnya yang panjang kayak jalan Anyer-Panarukan."

"Suudzon terus."

"Dih!" Gia mencibir, "Pokoknya aku tidak akan termakan perangkapmu wahai engkau lelaki tua!"

"Heh, kurang ajar!"

Gia tertawa sebentar namun sebelum Pram keburu mengomel, perempuan muda itu segera mencari alasan guna mengakhiri panggilan. "Udah dulu ya, Yah. Gia di cari sama cowok ganteng. Bye!"

Gia baru berniat memasukkan ponselnya ke dalam saku blazzer setelah mengunci layarnya ketika Mandala tahu-tahu sudah berjalan ke arah kubikelnya. Giandra tahu dia akan kelihatan norak bila berkata begini, namun Mandala dalam balutan kemeja kasual berwarna cerah akan selalu jadi pemandangan favoritnya -Well, meski sebetulnya dengan pakaian apa saja-pun Mandala tetap akan selalu terlihat tampan sih.

"Ada apa, Man?" Sapanya begitu si pemuda sudah mendekat.

"Nggak apa-apa." Jawabnya, "Lo tadi habis telepon siapa?"

"Oh, itu ayah gue."

Di luar dugaan, Mandala malah tertawa.

Di luar dugaan, Mandala malah tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Be Your Violet ㅡBBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang