Serupa cuaca di luar pusat perbelanjaan yang semula cerah lalu kemudian mendung dan hujan, suasana hati Harris juga demikian. Kebahagiaan yang sempat menyelimutinya lenyap, berganti jadi gulungan awan hitam pekat tepat di atas kepala. Pun rencana jalan-jalan mencari sedotan stainless pesanan Joana harus terpaksa batal karena ada hal yang lebih penting untuk Harris bicarakan dengan Arthajuna. Sementara Giandra, Kirana juga Rafa pergi membeli es krim sesuai kemauan si bocah, dua bersaudara Adiprama kini malah terjebak pada salah satu kursi dalam gerai restoran cepat saji yang letaknya tak jauh dari butik.
Seumur-umur, Harris tidak pernah duduk berdua dengan Juna dalam tensi yang super tidak mengenakkan seperti sekarang. Biasanya hubungan mereka lebih hangat. Tapi seperti kopi dalam cangkir yang dibiarkan terlalu lama begitu saja, suhunya lama-lama turun. Uap panas menghilang, menyisakan hambar yang kental. Begitupula dengan Adiprama bersaudara, terlalu lama tidak bersua membuat keduanya jadi kaku.
Tapi lebih dari kaku itu sendiri, Albiru Harris merasa marah.
Bagaimana tidak, ketika kenyataan bahwa dia punya seorang keponakan laki-laki yang hampir masuk TK sudah seperti batu yang menghantam realitanya, maka pengakuan Juna tentang kepulangannya ke tanah air terasa seperti gempa yang mengguncang kesadarannya hingga ke dasar.
Arthajuna Farris Adiprama rupanya sudah menetap di Indonesia selama hampir setahun lamanya.
"Gue lagi meliput berita lokal disana waktu telepon gue bunyi. Dari salah satu kantor media massa dan elektronik swasta terkenal di Indonesia." Juna menjelaskan, berusaha secara rinci mengurai kesalahpahaman yang terjadi, "Gue awalnya menolak, tapi gue juga nggak bisa menampik kalau gue mau mengambil tawaran mereka untuk posisi yang cukup tinggi. Hidup terus berjalan, Ris, dan keluarga gue tentu butuh uang untuk makan. Jadi akhirnya februari tahun lalu gue mutusin pulang, ngajak Kirana dan Rafa untuk seterusnya menetap di Bekasi."
Juna mungkin sudah berusaha sebaik mungkin, namun kabut kekecewaan pada manik Harris tidak dapat disembunyikan kembali. Lelaki itu masih memandang nanar pada kakak laki-lakinya. Kakak yang kini sudah menjelma jadi ayah dari seorang anak laki-laki tampan tanpa sepengetahuannya.
"Harris, maafin gue."
Albiru Harris menatapnya datar, "Maaf? Bagian mana tepatnya yang lo ingin gue maafkan dari semua tindakan lo ini, Mas?"
Juna menatapnya sarat penyesalan, "Maaf karena gue udah egois ninggalin lo sendirian dan membuat lo jadi budak ambisinya papa."
Maaf katanya, batin Harris seperti terbakar mendengar ucapan Juna.
Andai lelaki itu tahu apa yang harus Harris tanggung atas semua tindak pengecutnya, Juna mungkin tidak akan mampu untuk membuka mulut bahkan untuk berucap sepatah maaf.
Tapi untuk sekarang, bukan itu hal yang paling penting untuk Harris. Bukan permintaan maaf atau pengakuan dosa dari Juna, melainkan penjelasan soal keegoisan lelaki itu untuk menyembunyikan Rafa dari keluarga mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Violet ㅡBBH
Fanfic"Many fall for you. I fall for you. But you fall for another who doesn't look you in the same way" ". . .: "But it's okay. After all, I will make sure that in the end, only I will become your violet." Kisah tentang skema hubungan percintaan dan hat...