"Mbak Gia! Bangㅡ Eh, tumben jam segini udah rapi?"
Joana Kalila Jatiadi ㅡAtau yang biasa dipanggil Jo, kini tengah berdiri di daun pintu kamar Giandra sambil memamerkan senyum mengejeknya. Si bungsu Jatiadi itu sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya saat mendapati sang kakak tengah sibuk di depan meja rias.
"Iya. Udah sana turun duluan. Bilang mama, lima menit lagi gue nyusul."
Bukannya menurut, Jo justru berdecak, "Lima menit-nya lo tuh bisa dipake buat cuci baju, ngepel rumah, nyabutin rumput di lapangan komplek, dan menyelamatkan dunia, Mbak."
Gadis di depan cermin itu hanya bisa bersungut kesal setelah tak lama kemudian mendengar gelak tawa dari adiknya. "Iya iyaaa, sebentar lagi selesai nih nyatok-nya."
"Jangan lama-lama. Udah ditunggu ayah buat sarapan bareng di bawah."
"Iyaaaa. bawel banget ih- Aw!". Refleknya hampir saja menjatuhkan alat styling rambut super panas itu hingga mengenai sikunya.
"Pelan-pelan kenapa sih! Itu siku kalo kesundut catokan bisa berbekas kali, Mbak. Susah ilangnya".
Tidak mengabaikan ucapan Joana, Giandra kini justru sibuk kembali melakukan aktifitasnya mencatok bagian ujung rambutnya supaya kelihatan lebih rapi. Begitu dia menoleh, adiknya sudah tak ada lagi disana. Giandra hanya mengangkat bahunya acuh. Perempuan itu segera menggulung alat styling rambutnya tadi kemudian memasukkannya kedalam laci. Lantas setelah memastikan semuanya sudah beres, dia segera beranjak turun kebawah sambil menenteng tasnya.
Pramono dan Joana sudah duduk manis di meja makan, sedangkan Ardhiona masih tampak mengurusi beberapa hal di pantry dapur saat Giandra sampai di bawah. Gadis itu segera mengambil duduk, mencomot semangkuk buah-buahan yang sudah di potong oleh sang mama lantas memasukkannya kedalam mulut. Tenang, Gia bukannya sedang diet, namun dia memang tidak terbiasa makan berat di pagi hari meski itu hanya setangkup roti dengan selai.
"Mobil kamu masih di bengkel?" Pramono bertanya.
Karena Joana yang notabennya masih menjadi siswi sekolah menengah belum memiliki surat izin mengemudi maupun mobil, jadi jelas pertanyaan barusan di tujukkan pada Giandra.
Perempuan itu magut-magut, "Masih. kayaknya lusa baru bisa di ambil."
"Terus hari ini kamu ke kantor mau naik apa?"
Giandra sontak bingung. Selama beberapa hari ini mobilnya menginap di bengkel, dia selalu berangkat diantar oleh ayahnya. Selain karena kantornya dan biro sang ayah memang searah, menebeng pada mobil ayahnya jelas akan lebih menghemat biaya dan waktu ketimbang dia harus pakai ojek online maupun transportasi umum.
"Ya bareng sama ayah lah kayak biasanya. Memang mau naik apalagi?"
"Hari ini ayah nggak bisa nganterin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Violet ㅡBBH
Fiksi Penggemar"Many fall for you. I fall for you. But you fall for another who doesn't look you in the same way" ". . .: "But it's okay. After all, I will make sure that in the end, only I will become your violet." Kisah tentang skema hubungan percintaan dan hat...