Tiada hentinya angin bertiup kencang, membuat pakaian-pakaian basah yang baru tadi pagi dijemur akan kembali kering saat menjelang sore hari, mungkin itu-lah sebuah keuntungan tinggal di rusun paling atas.
Di hari libur Ratya menghabiskan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri, sedang tidak ada siapapun di rumahnya, Ibu masih bekerja di rumah Tante Shani dan Ratna kini selalu ikut dengan Ibu, Junan? Entahlah, anak itu tengah pergi kemana, walau Ratya tinggal bersama Adiknya namun dirinya tidak pernah tahu kehidupan tentang sang Adik, Junan sangat tertutup, sama sepertinya tetapi Junan jauh lebih tertutup dan juga sangat dingin.
Seusai pekerjaannya tuntas dirinya kembali berdiri dekat pembatas dinding halaman rumahnya, Ratya tidak menatap langit sebab Ratya membencinya, dirinya tertunduk melihat aktifitas warga dari atas sana, tak lama ia mendapati sosok Han yang tengah duduk di pinggir lapangan bermain seorang diri.
"HOI, TUPAII!!" teriaknya dengan senyum lebar.
Tak lama sang pemilik nama itu pun menoleh, dirinya sama sekali tidak keberatan gadis itu memanggilnya tupai, karna saat bercermin dirinya pun tersadar bahwa dirinya mirip sekali dengan tupai, tupai paling tampan dan juga menggemaskan, menurutnya.
"Ada apa?" jawabnya menatap Ratya berada jauh di atas sana.
"Kau sedang apa?" tanya Ratya kembali, tak lupa dengan senyum lebarnya, entahlah alasan apa ia tersenyum pada saat itu.
"Makan es krim, turunlah kita makan bersama" jawab Han, dan tak lama Ratya mengunci pintu kemudian berlari menuruni ratusan anak tangga untuk segera menghampiri Han.
"Satu untuk mu, niatnya aku ingin makan semua tapi karna kau memanggilku maka aku berikan satu untukmu"
Dengan ringan hati Han memberikan satu es krimnya pada Ratya yang kini duduk tepat di sampingnya.
"Terimakasih" Ratya menyantapnya dengan senang hati.
"Ini hari libur kau tidak bermain dengan teman mu?" tanya Han seraya memandangi anak-anak yang tengah bermain ria.
"Kau bertanya atau sengaja mengejekku? Kau tau aku tidak pernah memiliki teman, kau sendiri pun tidak ingin menjadi teman ku" jawab Ratya duduk berpeluk lutut.
"Sampai kapan pun aku tidak ingin menjadi temanmu, Ratya. Hahaha"
Ratya hanya memutar kedua bola matanya malas, padahal Han adalah satu-satunya orang yang dekat dengannya saat pertama kali ia pindah ke rusun ini. Namun, sampai kapanpun Han tidak akan menganggap Ratya sebagai teman.
"Oh ya, kau tidak mencoba untuk melihat anak yang tinggal di rumah besar seberang sana? Biasanya setiap berangkat sekolah kau selalu menunggunya hanya sekedar untuk melihatnya masuk ke dalam mobil" lanjutnya, dan Han kini bicara dengan menatap wajah Ratya, walau raut wajahnya itu terlihat menyebalkan.
"Benar juga hari ini aku belum melihatnya, mari temani aku ke rumah besar itu"
Sejenak Ratya bangkit lalu mengulurkan tangan pada Han.
"Malas, aku masih nyaman duduk di sini" jawabnya menatap arah lain.
"Ayolah sekali ini saja, setelah itu aku bantu kau menerbangkan layangan, deh"
Ratya berusaha keras untuk membujuknya, karna dirinya sedang malas berjalan sendiri apalagi sore-sore dan ini hari libur, banyak orang-orang ramai menikmati hari liburnya, jika ada yang menangkapnya seorang diri berdiri di depan rumah besar itu yang ada orang mengira dirinya maling.
"Baiklah, ayo, setelahnya tepati janjimu" menepis tangan Ratya dirinya bangkit sendiri.
"Bagaimana bisa kau menyukai seseorang sementara kau hanya bisa melihatnya dari jauh tanpa mengenal orang itu?" Peter Han bertanya seraya berjalan keduanya menuju rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusory World | Straykids [✓]
Fanfiction[END] Bagaimana bisa seorang manusia mampu menciptakan semesta sebegitu indahnya? Semesta indah sebagai ruang lingkup dalam hidupnya, tampak nyata dan juga hidup, tetapi itu semua ada di antara ambang tanpa kejelasan. Tidakkah ia rindu akan dunianya...