11. Pertama kali kita bertemu

54 15 4
                                    

Buram.

Cahaya terang sangat jelas menyorot ke arahnya, walau telah ia halau dengan kedua telapak tangan, namun mengapa masih terasa sangat menyilaukan?

Sinar cahaya terang yang datangnya entah darimana, terus saja dengan semena-mena menembus sela-sela jari seakan ingin menghantam keras kedua mata.

Namun kini, telah terlihat sangat jelas, luasnya hamparan langit yang cerah, banyak sekawanan burung berlalu lalang kesana dan kemari, rindangnya pepohonan hijau di sekitar sini, terdapat pula banyaknya serangga cantik bertebaran, serta ratusan jenis bunga dengan perpaduan dari banyaknya warna menghiasi tempat ini, semua nampak seperti di dalam lukisan.

Seperti ilusi semata.

Tunggu dimana aku?

"Hei, kau telah sadar?" menyelipkan kelopak bunga berwarna merah muda di antara sebagian rungu dan surai gadis itu dengan mengulum senyum,

"Menikahlah dengan ku"

Setelah membuka kedua matanya penuh terdapat langkah seseorang menghampirinya, manusia namun tampak tidak nyata, siapa dia? Mengapa bisa-bisanya mengatakan hal konyol seperti itu? Bahkan, dirinya pun sama sekali tidak mengenalnya.

"Bangun lah, kau telah berada di dalam duniaku" mengulurkan tangan membantu gadis itu untuk segera bangkit dan berdiri.

"Siapa, kau?" netranya menatap pria yang berada tepat di hadapannya dengan raut wajah penuh tanya,

"Ada dimana aku?"

"Aku tidak suka mengulangi kata, bukankah kau sudah dengar aku bilang apa barusan?" Rusel membalikan badan ke arah yang berlawanan, kedua kakinya melangkah pelan untuk menjauh.

"T-tungu, tapi apa maksud dari kata 'Dunia ku?' apa itu dunia mu?"

Dengan segera Ratya beranjak cepat mengikuti jejak langkah kaki Rusel.

Rusel menghentikan langkahnya, ia menghela nafas rendah kemudian menoleh dengan sapuan baris senyum tipis, sang anila yang berhembus pelan menambah kesan betapa sempurnanya pancaran aura visual yang terdapat pada diri pemuda tersebut.

"Intinya kau telah berada di dalam dunia yang berbeda, yaitu duniaku" jawabnya lagi.

"Ahh, kau datang dari masa depan? Apa kau jodoh masa depan ku? Mengapa kau mengajakku untuk menikah?"

Masih bersama sang anila, figurnya tersenyum lagi, menatap gadis itu yang baru saja melontarkan kata-kata konyol, ia terkekeh kemudian membuang kembali pandangnya, menatap arah yang berbeda.

"Tentang tadi, itu hanya bercanda" katanya diiringi oleh tawa kecil.

Bercanda katanya? Apakah orang itu tidak tahu, jantungnya berdebar dan hampir saja lepas setelah mendengar ucapan kala itu, apa lagi ucapan tersebut berasal dari seseorang yang sama sekali tidak ia kenal, sangat maklum bukan jika ia berpikir bahwa pria dihadapannya kini adalah jodoh masa depannya. Ahh, tapi sepertinya sangat tidak mungkin, bahkan ia tidak tahu bahwa orang itu benar manusia atau bukan.

Tanpa sadar langkah keduanya telah berhenti dan tiba di atas puncak gunung, yang dimana pemandangan hutan indah serta alam lainnya terlihat jelas dari ketinggian atas sini, alam itu seakan menghiasi semesta dengan sangat mempesona.

Angin berhembus dua kali lebih kencang dari sebelumnya, sosok pria itu, dia tersenyum seakan menyambut ramah terpaan angin yang senantiasa memeluknya, Ratya hanya diam memandangi figur itu, tak berhenti otaknya bekerja bagaimana bisa tiba-tiba ia sampai pada tempat seperti ini.

"Ini konyol, bagaimana bisa--" memotong kalimatnya ia memijat pelan pelipis kanannya seraya memejamkan mata dan begumam, "Apa aku sedang bermimpi?"

Illusory World | Straykids [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang