"Aku ingin melukis hari, membuat suasana seperti apa yang aku inginkan. Apa, bisa?"
Ratya duduk bersandar di bawah pohon beringin nan rindang, bersama dengan Rusel duduk di balik pohon rindang tersebut, di sekeliling pemandangan deretan pegunungan memanjakan netra mereka, bahkan jauh di bawah sana terdapat pula aliran sungai jernih yang suaranya dapat mendamaikan hati serta pikirkan.
"Kau ini kurang bersyukur ya, apakah suasana sebaik ini belum cukup untukmu?" sahut Rusel, ia masih memejamkan kedua mata, menyandarkan tubuh pada pohon sepenuhnya, ia biarkan kedua rungu termanjakan oleh suara aliran sungai di bawah sana.
"Bukan begitu, suasana hari ini sangat bagus aku sangat-sangat menyukainya, lagipula aku hanya bertanya" Ratya sedikit mendengus, ia merajuk, sedangkan di balik pohon sana, Rusel mengukir senyum.
"Memangnya kau ingin suasana hari yang seperti apa?" tanya Rusel, kedua matanya masih nyaman terpejam.
"Aku selalu penasaran dengan dunia dalam dongeng, seperti langit dengan penuh hamparan bintang, cahaya rembulan yang bersinar terang, ataupun bintang jatuh, dan juga adanya kunang-kunang yang berterbangan menghiasi malam. Aku tahu itu tidak mungkin, untuk itu aku hanya sekedar bertanya" jawabnya panjang lebar, berhasil membuat Rusel membuka kedua mata dan ia tersenyum lagi.
"Intinya kau hanya ingin melihat, seperti apa dunia dalam negri dongeng?"
"Hm" Ratya mengangguk cepat membenarkan ucapan Rusel barusan, Rusel sempat menggelengkan kepala, bergumam, "Tingkahnya seperti anak kecil" dalam batinnya, namun setelahnya ia tertawa kecil.
"Tutuplah kedua matamu"
"Apa? Untuk apa?" sahut Ratya membulatkan kedua mata, namun di saat ia melihat sorotan mata tajam milik Rusel ia pun akhirnya menutup kedua mata seperti apa yang di bilang Rusel barusan.
Wujudkan.
Di balik mata terpejam, bayang terang akan siang hari pun seketika berubah redup seakan seperti terpejam dalam malam, angin pun bertiup lebih kencang dari sebelumnya, tunggu, ada apa?
"Sekarang bukalah kedua matamu"
"Hwaa.."
Bahkan Ratya pun tidak bisa berkata-kata, sulit sekali mendefinisikan bagaimana luar biasanya suasana malam ini, siang yang seketika berubah menjadi malam saja sudah cukup membuat ia terkejut, ditambah dengan dengan suasana seperti yang ia inginkan sudah terwujud di depan kedua matanya, sungguh luar biasa.
Rusel, pandangnya yang semula menatap Ratya namun kini ia beralih pada semesta, ia yang sudah sangat sering melihat pemandangan indah seperti yang ia inginkan, ia rasa mungkin seindah apapun malam ini malam yang ia ciptakan tidak akan terasa asing lagi. Tetapi, itu salah, bahkan kini ia terkejut atas apa yang baru saja ia ciptakan, sama sekali ia belum pernah melihat perpaduan cahaya semesta di antara lautan gelap semenakjubkan ini, jadi ini kah dunia dalam negri dongeng?
Diam, segala hal tentang sesuatu yang menakjubkan akan selalu membuat siapapun terdiam di kala menyaksikannya, bagaimana banyaknya cahaya bintang yang bertabur di atas langit sana, bagaimana sang rembulan bersinar penuh, bagaimana kunang-kunang beterbangan bersama dengan cahayanya, dan bagaimana terdapat pula bintang jatuh di sana.
"HEI, ADA BINTANG JATUH DI SANA!" teriak Ratya melompat-lompat seraya menunjuk bintang yang jatuh, tak luput sebagian tangannya pula menepuk kasar lengan Rusel karena saking bahagianya, lagipula apa istimewanya bintang jatuh?
"Hei, pria jangkung, seperti di dalam dongeng di kala kita melihat bintang jatuh, dan kita mengucapkan harapan-harapan atau doa dalam hati, katanya itu akan segera terwujud"
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusory World | Straykids [✓]
Hayran Kurgu[END] Bagaimana bisa seorang manusia mampu menciptakan semesta sebegitu indahnya? Semesta indah sebagai ruang lingkup dalam hidupnya, tampak nyata dan juga hidup, tetapi itu semua ada di antara ambang tanpa kejelasan. Tidakkah ia rindu akan dunianya...