Suara riuh derai hujan deras sudah tidak lagi terdengar, masih pada malam yang sama, setelah ruangan terisi oleh petikan nada-nada minor, Junan masih di sana, masih terlelap di tempat yang sama, kepalanya terduduk di samping lengan Ratya.
Tepat pada jam 12 malam, jiwa Ratya telah kembali pada raganya, perlahan jari-jemari itu berusaha kembali bergerak, dan kedua mata yang berusaha untuk kembali terbuka.
Sulit, sangat berat rasanya, tetapi di dalam diri, Ratya telah sadar, sadar akan jiwanya yang sudah kembali hadir.
Mendengar sedikit ada suara pergerakan, Junan pun langsung terbangun saat itu juga, meski kedua tangannya terasa kesemutan sebab tidur dalam keadaan posisi yang salah, tetapi di sana jantung Junan berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya, jantung itu berdegup di kala Ratya tengah berusaha untuk membuka kedua mata.
"Ratya?"
"Aku tidak bermimpi, bukan?"
"Kau telah siuman?"
Kedua manik Ratya membuka sempurna di kala Junan sedikit mendekatkan wajahnya, senyum yang Junan buka selebar-lebarnya itu yang Ratya dapati saat kali pertama lagi ia dapat membuka kedua mata.
"Akhirnya.. sungguh aku lega, aku kira kau tidak akan pernah lagi membuka kedua mata" ucap Junan setelah menghembus napas lega, lantas Junan pun langsung berlari untuk memanggil salah satu dokter yang masih terjaga.
Kini harapannya hanya, semoga Ratya pulih dalam keadaan yang baik-baik saja.
Dokter tersebut langsung hadir, memeriksa seluruh kondisi tubuh Ratya yang baru saja siuman, dan katanya semua baik-baik saja, katanya lagi ini adalah sebuah keajaiban. Dan, ya, Junan percaya, di bawah hujan deras tadi Tuhan tengah mendengarkan doanya, dan Tuhan pula yang mengabulkan doanya, sungguh Junan sangat-sangat bersyukur.
"Bagaimana?"
"Apa yang kau rasakan?"
"Adakah rasa sakit yang masih tersisa?"
Junan melontarkan beberapa kata tanya, tetapi Ratya belum sanggup untuk bicara, kedua netra Ratya bahkan masih beradaptasi oleh keadaan sekitar, netranya tengah mencari, mencari sosok yang baru saja ditinggal pergi.
Ratya ingat akan mimpinya, Ratya ingat jiwanya berkelana kemana, dan Ratya ingat akan sosoknya, dan semoga beberapa saat ke depan Ratya tidak lupa, sungguh Ratya tidak ingin lupa, sebab dirinya sudah berjanji, untuk membawa sosok itu kembali.
Tanpa Ratya sadari, sosok Rusel ada di sana, seperti bayang tak terlihat, mustahil bagi Ratya untuk mengetahui kehadirannya, masih ada bekas sisa-sisa air mata, Rusel berdiri dalam keadaan yang sama, penuh harsa namun jua lara.
Dia baik-baik saja.
Aku harap aku juga baik-baik saja.
•Illusory World•
Pada ruang cakrawala di ujung timur sana, mentari sudah kembali hadir menyinari hari, kali pertama lagi Ratya dapat menatap sinar yang cahayanya terasa begitu nyata, setelah sekian lama, setelah 98 hari lamanya ia tertidur dalam damai.
"Junan, berapa lama aku tertidur?"
"98 hari" jawab Junan setelahnya.
Dan 98 hari aku bersamanya, gumamnya dalam batin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusory World | Straykids [✓]
Fanfiction[END] Bagaimana bisa seorang manusia mampu menciptakan semesta sebegitu indahnya? Semesta indah sebagai ruang lingkup dalam hidupnya, tampak nyata dan juga hidup, tetapi itu semua ada di antara ambang tanpa kejelasan. Tidakkah ia rindu akan dunianya...