"Keseharian mu memang terus merenung, atau karena sejak 2 tahun terakhir kau pindah kesini yang membuat mu terus termenung?"
Pagi ini, sama seperti pagi-pagi pada biasanya, langit Kalimantan terlihat cerah tetapi masih ada semburan sejuk yang terus memeluk.
Di dalam rumah itu, Chandra tengah menyiapkan sarapan pagi dan terus bertanya pada sosok sang Adik yang setiap harinya terus saja melamun, bahkan Chandra sampai menganggap jika itu adalah kelebihan dari sifat Peter Han, yaitu melamun dalam jangka waktu yang cukup lama.
"Apa aku terlihat seperti itu?" gumam Han, meski pandangannya terus kosong tetapi nafsu makannya tidak pernah kosong, dengan lahap ia menyantap makanan yang baru saja disajikan oleh Chandra.
"Jika kau terus begitu, bisa-bisa kau ketempelan makhluk halus"
Chandra sudah lebih dulu selesai sarapan sebelum akhirnya ia menyiapkan sarapan untuk Han, yang di lakukannya sekarang adalah tinggal merapihkan sekeliling rumah sebelum akhirnya mereka tinggalkan untuk pergi bekerja.
"Saat ini saja aku sedang berbicara dengan makhluk halus" sahut Han.
"Siapa maksud mu? Aku?"
Han hampir mengeluarkan semua isi makanannya yang terdapat di dalam mulut di kala ia menatap wajah sang Kakak yang menyorot tajam ke arahnya, dirinya pun semakin yakin Chandra memang makhluk halus, bahkan jauh lebih seram.
Di sana dengan jarak hanya berkisar 5 meter saja Chandra melempar kain lap yang sedari tadi ia gunakan tepat ke arah wajah Peter Han.
"Berani kau menyebut Abang mu ini makhluk halus?"
Peter Han masih terus saja tergelak, sampai sulit sekali rasanya untuk menelan, "Ha ha ha, iya aku salah, bukan makhluk halus, tetapi makhluk kasar"
"Kau tahu? Aku ini di kenal dengan sifat sabarnya, jadi beruntung kau memiliki Abang yang super sabar"
"Oh ya? Setahuku aku anak tunggal" sahut Han lagi.
Anak itu benar-benar, pagi-pagi telah membuat seluruh darah di dalam diri Chandra hampir memanas, "Jika besok kau belum membawa barang-barang mu pergi, maka akan aku gantung kau di atas pohon kelapa"
"Hehe, bercanda" final Jisung.
Bahaya jika terus dilanjutkan, bisa-bisa Bang Chandra akan marah beneran terhadapnya, ia berpikir bahwa ia masih muda dan sangat tidak elit jika ia menghabiskan sisa hidup di atas pohon kelapa.
•Illusory World•
"Sejak kemarin. Ah, entahlah apa hari itu dapat dibilang kemarin? Sulit sekali membedakan hari di sini. intinya, mengapa wajah mu terlihat memendam sesuatu?"
Tepat di atas jembatan kayu pada area hutan rindang namun terbuka, keduanya berpijak menatapi aliran sungai yang mengalir damai di bawahnya, suara air tersebut benar-benar membuat keduanya damai.
Ratya, dia tidak tahu bahwa Rusel bukan hanya memendam sesuatu, tetapi banyak hal. Sejatinya sejak pertama kali Rusel menginjak dunia ini, dunianya, ia hanya ingin merasakan bahagia dan bahagia, dan ia mendapatkannya, untuk itu ia selalu mengesampingkan masalah hidup dalam dirinya yang sesungguhnya.
Kemarin, Rusel baru saja mendapati sang Ayah yang tengah berpulang, tetapi mengapa dirinya tidak bisa bertemu Ayah seperti Ratya yang bertemu dengan Ayahnya pada lorong gelap saat itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusory World | Straykids [✓]
Fiksi Penggemar[END] Bagaimana bisa seorang manusia mampu menciptakan semesta sebegitu indahnya? Semesta indah sebagai ruang lingkup dalam hidupnya, tampak nyata dan juga hidup, tetapi itu semua ada di antara ambang tanpa kejelasan. Tidakkah ia rindu akan dunianya...