Setelah penantian lama, berada di dalam gurun gersang yang sangat membuatnya menderita, akhirnya telah sampai saat dimana hujan datang mengguyur keringnya gurun itu, setidaknya wangi harum tanah tercium sangat damai, dan menciptakan sedikit rasa lega.
Hari yang selalu dinanti, dimana hari ini ada hari kelulusan.
Mungkin sebagian besar dari mereka akan sedih di saat merayakan hari kelulusannya, karna pasalnya tidak ada seorang pun yang bahagia akan perpisahan.
Namun, apakah hanya dirinya yang merasa bahagia?
Meski tidak sepenuhnya bahagia, di saat mereka dengan senang memiliki kenangan indah bersama teman-temannya, sedangkan ia tidak memiliki cerita itu, di saat yang lain tersenyum, tertawa, dan menangis dipelukan orang tuanya, sedangkan dirinya hanya berpijak seorang diri. Banyak lagi hal yang tidak ia dapatkan sebagaimana mereka kebanyakan, tetapi telah keluar dari tempat yang menyesalkan ini sudah cukup membuatnya merasa lega.
"Orang tua mu tidak datang?" kedatangan Harris secara tiba-tiba memecahkan lamunannya.
"Ibu ku sibuk, jadi ia tidak bisa datang" jawabnya dengan senyum tipis, sangat tipis karna ia pun tak tahu apa alasannya tersenyum.
"Ratya" katanya pelan.
"Ya?" entah karna kehadiran Harris mengobati sedikit rasa kesepiannya hari itu hingga membuatnya ingin menatap pemuda tersebut, atau hanya karna dirinya sedang ingin saja.
"Aku ingin mengucapkan maaf"
"Maaf, karna tidak pernah benar-benar bisa melindungi mu"
Masih ramai sorakan, tawa, tangis, senda gurau, dan juga cerita di sekitar sana, tetapi dalam damai keduanya saling beradu pandang, dalam diam mata itu berbicara. Ya, seakan inilah pertemuan terakhir di antara keduanya, dan seakan tidak ada hari lain untuk keduanya kembali bertemu.
"Tidak perlu minta maaf, kau tidak memiliki kesalahan apapun, lagipula kau pun tidak memiliki hak ataupun tanggung jawab untuk melindungi ku. Memangnya kau orang tua ku? Hahaha"
Sejak tiga tahun terakhir, mungkin ini kali pertamanya Ratya tertawa di hadapan pemuda itu, bahkan Harris pun memandanginya tak percaya dan sulit membedakan apakah dirinya masih tenggelam di dalam alam mimpi, atau memang benar ini nyata, sapuan senyum tertoreh di sana.
Ratya pun tak tahu mengapa bisa-bisanya ia tertawa, bahkan orang tuanya pun tak pernah melindungi nya, bukan? Bagaimana bisa ia menjadikan itu sebagai bahan candaan.
"Kau tahu, banyak sekali perihal prasangka maupun tanda tanya yang tiada hentinya, terus memenuhi isi kepala"
"Dan itu tentang mu"
Suara bising keramaian seketika tenggelam dalam sunyi, cakap terasa kaku karna entah apa yang ingin diucap. Dirinya masih tentram dengan diam.
"Aku selalu bertanya-tanya mengapa setiap apa yang aku lakukan atau sekedar bertindak sedikit saja, pada akhirnya itu akan menjadi sesuatu hal yang salah, entah mengapa namun aku juga tidak bisa abai atas hal itu"
"Aku merasa seperti tenggelam di dalam dilema ku sendiri, dan aku tidak pernah sedikit pun mengerti" sambungnya, Harris kini menundukkan pandangan dengan tatapan hampa, ia sangat sulit untuk merangkai kata seperti apa yang diinginkannya, dirinya hanya berharap semoga Ratya dapat mengerti ucapannya barusan.
Tentu saja Ratya mengerti, pemuda itu sedang membicarakan tentang dirinya, bukan? Dirinya sungguh sangat memahami.
Menghela nafas panjang, diamnya kini telah usai, "Harris"
"Kau tidak pernah sedikit pun bersalah"
"Seperti hal-nya seekor merpati basah di tepian sungai, merpati yang terus memandangi seekor katak yang tengah berenang di dalam derasnya aliran sungai, dan melawan kecepatannya sendiri hanya untuk menghidari predator, tentu saja merpati tidak tinggal diam, burung itu terus berpikir bagaimana caranya agar ia bisa menyelamatkan seekor katak. Namun, yang dilakukannya selalu gagal, seperti hal-nya mengejar tapi yang didapat hanya ada lelah, atau mencoba berenang namun dirinya justru tenggelam, dan sekali ia mencoba untuk terbang, namun ia gagal lagi, karna apa? Sayapnya yang basah. Sebenarnya yang dilakukan merpati itu tidak ada yang salah, hanya saja jika merpati itu benar-benar ingin menyelamatkan sang katak, maka merpati harus mengeringkan sayapnya. Untuk terbang dan membawa katak terbang bersamanya melarikan diri dari derasnya aliran sungai maupun sang predator"
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusory World | Straykids [✓]
Fanfiction[END] Bagaimana bisa seorang manusia mampu menciptakan semesta sebegitu indahnya? Semesta indah sebagai ruang lingkup dalam hidupnya, tampak nyata dan juga hidup, tetapi itu semua ada di antara ambang tanpa kejelasan. Tidakkah ia rindu akan dunianya...