"Entah semesta malam saat ini memang indah, atau karena aku bersamanya? Entahlah, hanya saja hari ini tercipta malam indah nan manis"
-Peter Han
.
.
.Terang cahaya sorotan lampu belajar dengan kontras menerangi lembaran kertas kosong, sama seperti apa yang ada di dalam diri, hati serta pikirannya, kosong, dan juga hampa. Apa yang ingin ia baca, apa yang ingin ia tulis, dan apa yang sedang ingin ia pelajari semuanya lenyap dalam lamunan, seperti hal-nya kunang-kunang pada malam yang terbang melintasi banyaknya pekarangan, tak tahu apa tujuannya ia terbang, alhasil yang dilakukannya pun nihil, hanya ada irama dari deruan nafas beriring dengan diam.
Ratya menghela napas panjang meletakan alat tulis yang sedari tadi ia genggam kemudian menutup buku dengan rapat, memandangi wajah Ratna tengah tertidur pulas bagai suasana pagi-pagi buta, damai dan juga sunyi.Teringat pada beberapa saat sebelumnya dimana sang Ibu pulang dan kembali memarahi serta menyiksanya, seharusnya ia terbiasa akan itu karna sudah sejak lama ia menelan itu semua. Namun, lagi-lagi mengapa dirinya tidak bisa terbiasa.
Banyaknya rasa takut yang kian menumpuk seakan menekan dirinya untuk jatuh begitu dalam.
Tangis yang menemani serta tangis juga yang menjadi saksi. Ia hanya ingin menjadi pribadi manusia yang kuat, teringat kata Han malam itu, mungkin banyak orang lain yang merasakan seperti apa yang dirasakannya, sejak hari itu ia berulang kali untuk mencoba agar tetap tegar, namun diri ini menolak untuk menjadi kuat, mengapa dirinya sangat bersahabat dengan rasa takut yang membuatnya semakin lemah.
Suara jarum pada jam dinding berdetak dan terdengar kencang membuatnya lantas menoleh, Sudah pukul 10 malam, mengapa Junan belum pulang?
Ada rasa khawatir di dalam benaknya, pasalnya setiap hari saat Junan usai menjemput Ratna pulang, dirinya kembali pergi dan selalu pulang larut malam, dirinya tahu jelas mungkin Junan sangat membenci rumah sama seperti dirinya, ia tidak dekat dengan siapapun. Keluarga, namun terasa asing.
Tunggu, bukankah kita semua begitu asing? Orang asing yang berkumpul di dalam satu tempat yang sama. Namun, apa yang dilakukannya di luar sana selalu menjadi pertanyaan besar, tetapi tetap saja, dirinya tidak bisa menemukan jawaban, mustahil baginya untuk mengikuti anak itu, bahkan tidak terpikirkan olehnya, karna Junan begitu menyeramkan, baginya.
Dilihat lagi sang Ibu yang sudah tertidur pulas di dalam kamarnya, ia berjalan untuk melangkah keluar rumah, niatnya ingin menghirup udara segar, karna sangat pengap rasanya berdiam diri di dalam kamar yang tertutup, namun di saat ia membuka pintu, sudah terdapat Junan yang tengah duduk melepaskan kedua sepatunya.
"Mengapa kau selalu pulang larut malam?" tanyanya berdiri di ambang pintu, setelah melepas kedua sepatunya lantas Junan berdiri berhadapan dengan sang Kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusory World | Straykids [✓]
Fanfiction[END] Bagaimana bisa seorang manusia mampu menciptakan semesta sebegitu indahnya? Semesta indah sebagai ruang lingkup dalam hidupnya, tampak nyata dan juga hidup, tetapi itu semua ada di antara ambang tanpa kejelasan. Tidakkah ia rindu akan dunianya...