.
.
.Rintik air pelan di penghujan pada sore ini membawa ambu petrikor yang membuat siapapun akan terlarut dan juga damai bila tengah menghadapi penghujung hari ini.
Dua pekan berlalu, yang dimana selama dua pekan penuh Rusel gunakan hari-harinya untuk kembali memulihkan kesehatannya, kini dia sudah bisa kembali lagi melangkah seperti manusia pada umumnya, hal sederhana namun dirinya sangat bahagia.
Sekarang langkahnya sudah tahu kemana jejak itu akan pergi, tentu saja untuk kembali pada sang rumah, tempat singgah untuk berpulang yang sudah lama tidak ia pijaki secara nyata.
Pada ambang pintu sana, daksanya berdiri penuh dengan segala rindu, bersama seutas kenangan masa kecil dan juga luka derita saat dulu, matanya terpejam saat kembali mengingat memori-memori tentang kala itu. Namun, dengan cepat netra itu kembali terbuka, sebab prinsipnya adalah: hidup bukan tentang masa lalu, tetapi tentang hari ini dan juga masa depan. Dia tidak melupakan masa lalu, dia hanya membiarkan yang terjadi di masa lalu cukup menjadi seutas kenangan, hanya sebuah kenangan, dan jangan dijadikan penyesalan.
Meski dirinya rindu pada Ibu, rindu pada Ayah, meski kini dirinya telah yatim piatu, tetapi sedikitpun dia tidak ingin merasa sendu, tak apa dia rela, jika itu memang takdir Tuhan, dia tidak membenci apapun, sebab hidup hanya ada lelah jika digunakan untuk membenci, dan dirinya tidak suka seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusory World | Straykids [✓]
Fiksi Penggemar[END] Bagaimana bisa seorang manusia mampu menciptakan semesta sebegitu indahnya? Semesta indah sebagai ruang lingkup dalam hidupnya, tampak nyata dan juga hidup, tetapi itu semua ada di antara ambang tanpa kejelasan. Tidakkah ia rindu akan dunianya...