45

199 61 6
                                    

"Wihhhh, selamat datang Bu Presiden!" seru Jaemin waktu Seoyeon masuk camp, diikutin sama Renjun yang kayaknya repot banget nyeret-nyeret koper Seoyeon. Gak tau diri emang, udah minta jemputnya gak selow, masih memperbudak juga.

"Hey, apa kabar rakyatku???" balas Seoyeon.

Kecuali Renjun, semua orang nyambut Seoyeon dengan riuhnya. Karina yang dari tadi nungguin Haechan aja sampe keluar.

"Loh, kok lo di sini, Yeon?" tanya Karina.

"Surprise~"

"Kuliah lo gimana? Udah selesai?"

"Tinggal tugas akhir, sih. Minggu depan kayaknya gue berangkat lagi," jawab Seoyeon.

"Oh, bagus, bagus." Karina ngangguk-angguk. Kayak langsung paham apa maksud kedatangan Seoyeon, Karina minggir dari depan pintu. "Haechan di dalem kalo lo mau nyapa."

Seoyeon ngerapetin bibir, for no reasons dia noleh Jeno sebentar. Dan setelah pamitan, dia akhirnya masuk ke kamar Haechan.

Tidur, kah? Posisinya miring meringkuk gak pake bantal, malah bantalnya dipeluk.

Pelan-pelan Seoyeon duduk di tepian kasur, mandangin wajah Haechan yang separuh tertutup bantal, separuh tertutup poninya yang panjang sampe nutupin alis.

"Katanya, tidur sambil meluk bantal itu ngundang penyakit," ujar Seoyeon pelan sambil ngusap kepala Haechan, nyibak poni yang kerasa kusut banget milik cowok itu.

Tentu aja Haechan kemudian melek karena sebenernya dia gak tidur dari tadi. Bola mata kelamnya perlahan ngelirik Seoyeon, natap cewek itu lamat tapi gak kelihatan pengen nyapa sama sekali.

"Apa kabar?" tanya Seoyeon.

Gak ada jawaban.

"Lo bisu, ya?" tanya Seoyeon, sengaja sarkas soalnya biasanya Haechan bakal nyolot.

Tapi ternyata tetep aja gak ada jawaban.

"Gue jauh-jauh ke sini pake tabungan yang mau gue pake buat ngado lo pas ulang tahun nanti. Sorry not sorry," kata Seoyeon. "Tapi kalo lo kayak gini terus, kayaknya lama-lama gue puasa aja sepanjang tahun biar bisa ke sini tiap minggu buat ketemu sama lo."

Haechan menghela napas, kemudian dengan males bangun, bikin Seoyeon segera narik tangannya. Cowok itu nyandarin punggung di head bed, meluk bantalnya seolah itu tanda kalo dia gak pengen dideketin sekarang.

"Besok-besok gak usah nurutin apa kata Jeno," kata Haechan lirih. Entah berapa hari dia gak ngomong, suaranya kedengeran serak banget.

"Jeno gak bilang apa-apa."

"Terus lo tau gue di sini dari mana?"

"... oke, dari Jeno," aku Seoyeon. "Tapi emang bener kok, dia gak nyuruh gue ke sini. Emang gue yang pengen ketemu sama lo."

"Udah lah, Yeon," decak Haechan.

"Udah apa?"

"..."

Seoyeon menghela napas. "Enggak, kok. Gue gak kasian sama lo," katanya. "Justru gue kasian sama semua orang yang nunggu lo."

"..."

"Bahkan kayaknya sama diri gue sendiri."

Haechan kembali natap Seoyeon.

"Lo bisa gak sih Chan ngejaga diri lo sendiri? Biar gue gak kepikiran..."

Lagi, gak ada jawaban apa pun. Haechan malah meluk bantalnya makin erat, seolah bilang kalo saat ini dia bener-bener gak mau ngobrol sama siapa pun.

[3] Puzzle Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang