Gue gak tau apakah gue yang baper atau gimana tapi —gue boleh bilang gak sih kalo Mark masih sama kayak dulu?
Senyumnya.
Caranya bicara.
Tatapan matanya.
Bahkan motornya juga sama —platnya pun masih N. Seketika bikin gue merasa ketarik ke jaman masih kuliah dulu, sekaligus bertanya-tanya; lo beneran balik ke Kanada gak sih, Mark?
"Naik," katanya setelah nyalain mesin motornya. "Sorry gue cuma bawa helm satu. Lo gak pake gak papa, kan?"
Gue ngangguk, kemudian segera naik ke sepeda motor Mark.
"Pegangan," katanya.
Gue berdehem. Tapi gak mau pegangan. Biar gue bilang dia kelihatan sama kayak dulu, tapi tetep aja ada beberapa hal yang bikin gue belum bisa balik kayak dulu.
Mark nggerakin alisnya sekilas, kemudian motor ini segera melaju. Tapi gak langsung pulang. Mark ngajak gue makan dulu, katanya sekalian nunggu jalanan agak lengang juga. Tapi mustahil, deh.
"Sorry, kemarin-kemarin —bahkan tadi, gue gak banyak ngajak lo ngobrol," katanya ngebuka obrolan setelah masing-masing dari kita selesai pesen.
Gue mandang Mark. "Gue kira lo lupa sama gue."
Mark ketawa. Bukan kayak formalitas aja, tapi emang kayaknya kalimat gue barusan kayak lucu banget gitu buat dia.
"Sorry, dude. Gue tertuntut profesionalitas. Lo pasti tau gimana cara kerja di Neo Corps lewat penjelasan dari Pak Yesung tadi, kan?" katanya.
"Bahkan say hi to old friend gak boleh??" Gue berjengit.
"Nah, you're not old yet," sahut Mark. Senyumnya aneh, jadi gemes pengen nampar pake buku menu.
"Plis, jangan bikin gue ngajarin bule Kanada tentang apa itu old friend, yang ada gue yang kelihatan bego," kata gue jengah.
"Tapi iya, sih, lo agak beda dari dulu," katanya, out of the box. "Gue liat ada kerutan halus itu di sekitar mata sama dahi. Pasti sering begadang sama gabungin alis kayak gini, ya?" Mark menukikkan alisnya ke bawah cuma demi bikin jidatnya berkerut. Abis gitu ketawa, entah apa yang lucu.
"Ngaco," sahut gue.
Mark berdengung. "You need to do facial, biar kelihatan muda."
"Mark, lo bikin gue merasa tua. Literally. T U A," tekan gue.
Mark gerakin alisnya. "Emang, kan gue udah bilang?"
"Gak ngaca," ketus gue.
Mark ketawa.
"Emang lo facial?" tanya gue, mendadak kepo.
"Enggak. Mana sempet? Cukuran aja suka telat," keluh Mark.
Gue senyum tipis. "Apa kabar?"
Mark mandang gue dengan senyum tersungging lebar. "Super fine. Jujur, gak nyangka bakal ketemu lo lagi di sini," katanya. "Mm.. ya, sebenernya bukan cuma karena peraturan di Neo Corps, sih. I —I got speechless that I couldn't say hi to you in a proper way..."
"Gue kira gue doang yang mendadak gak bisa mikir waktu ketemu sama lo," kelakar gue.
Mark gak menyahuti, cuma senyum-senyum sambil terus natap gue.
"Apa kabar Jeno?" tanya gue setelah berdehem.
"Baik," jawab Mark cepet. "Dia sekarang ikut Papa di Surabaya. Mama juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Puzzle Piece ✔
Fanfiction[ bahasa | completed ] "Where's the missing puzzle piece?" » sequel of INEFFABLE « better read INEFFABLE and SUNSET first winterwoops ©2020