Mobil yang ditumpangi Keysha telah berhenti di salah satu rumah yang sangat mewah. Ia sempat berpikir, ini bukan lagi rumah, melainkan istana. Ia terus berdecak kagum saat turun dan menyusuri jalan menuju rumah. Lihatlah, bahkan sebelum mencapai pintu utama, ia harus berjalan kaki selama sepuluh menit.
Gadis itu terkesiap saat supir yang tadi mengantar, meminta dirinya untuk meletakkan barang yang ia bawa.
Dengan ragu-ragu ia menekan bel. Pintu terbuka, tampak seorang pria berbadan tegap berseragam seperti bodyguard.
Ia menatap Keysha dari ujung rambut sampai ujung kaki, kemudian ia mengangguk lantas berkata, "tunggu sebentar, saya akan memanggil nyonya besar."
Selang beberapa menit, pria tadi muncul bersama seorang wanita yang bila gadis itu tebak umurnya empat puluhan.
"Keysha Aaron?" tanyanya memastikan. Gadis itu mengangguk memberi jawaban. Wanita tua itu pun mengajaknyaa untuk masuk.
Sekarang, mereka telah berada di ruang tamu. Mata Keysha tak berhenti menatap kagum interior design rumahnya. Bergaya klasik nan elegan.
Wanita tua tadi menyuruhnya untuk duduk terlebih dahulu. Sementara ia pergi memanggil suami dan anak semata wayang.
"Apa sih, Ma? Aku ngantuk!" gerutu seorang pemuda yang mengekori di belakang wanita tadi sambil menguap.
"Tidur mulu! Tunggu sebentar, Mama mau kenalin kamu sama anggota keluarga baru kita."
Gadis itu sedikit menyunggingkan senyum mendengar wanita tadi menyebut dirinya sebagai anggota keluarga.
"Gembel mana lagi yang Mama pungut?"
"Alvis! Jaga ucapan kamu! Papa harap, ini yang terakhir."
Jadi, sebelum ini, banyak anak yang bernasib sepertinyaa datang ke sini untuk di adopsi?
Pikirannya buyar saat ketiga orang yang ditunggu sudah duduk manis di hadapannya. Ia tersenyum canggung saat mereka menatap.
"Hei, Nak, apakah kau sudah sarapan saat ke sini? Kau terlihat sangat pucat," tanya pria tua di antara mereka.
"B–belum," jawabnya jujur. Siapa yang sempat sarapan kalau mobil jemputan datang pagi-pagi?
"Lo, ke sini untuk numpang makan?" tanya Alvis.
Gadis itu terkejut dengan ucapan lelaki tersebut. Ia hanya mampu menundukkan kepala takut. Lelaki tadi terlihat sangat tidak suka dengan kehadirannya.
"Alvis!"
"Baiklah. Aku akan diam," jawabnya malas.
"Baiklah Keysha, sekarang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Maka, margamu sekarang bukan Aaron lagi, tetapi Abhitama," jelas Pria tua tadi.
Ia mendongak. "B–baiklah."
Keysha terkejut mendengar nama marga barunya. Siapa yang tidak kenal dengan keluarga Abhitama? Keluarga pemegam saham terbesar di perusahaan interior design yang ada di kota Jakarta.
"Tidak usah merasa canggung." Senyum manis terpatri di wajah wanita tadi, "Baiklah, sekarang panggil aku Mama, dan panggil beliau Papa. Kau mengerti?"
Gadis itu hanya menangguk dan tersenyum.
"Berapa umurmu?" tanyanya kemudian.
"Aku, 17 tahun."
"Apakah ini kebetulan? Umurmu sama seperti Alvis. Jadi, kau bisa memanggil nama depannya saja," jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of Destiny
Fanfiction[JANGAN LUPA FOLLOW YA, GAES!] ↪ft. 00L Kisah klasik gadis polos bertemu dengan lelaki jakung super menyebalkan