.
.Keysha sudah selesai mandi. Niatnya saat ini adalah bersantai di depan TV sambil meminum cokelat panas tak lupa untuk memakan snak di toples.
Saat tengah bersantai sambil menonton, ada tangan nakal yang menarik-narik rambutnya dari belakang. Ia menghembuskan napas kesal, dapat dipastikan yang tengah menarik rambutnya adalah Alvis.
Ia heran, apakah lelaki itu tidak senang jika melihat dirinya bersantai barang sebentar? Sesuka apa lelaki itu pada keributan sebenarnya?
"Kak ...." Peringat gadis itu yang sudah jengah. Dirasa sudah ada beberapa helai rambutnya yang terlepas dari kepala. Jika dibiarkan, bisa botak nantinya.
Alvis yang ketahuan, hanya cekikikan tidak jelas. Berlalu di hadapan adiknya, kemudian menempatkan diri persis di samping sang adik. Netranya beralih menatap coklat panas yang belum tersentuh, tanpa pamit, diminumnya cokelat panas itu.
"Kak, punya gue!" protes Keysha. Padahal ia belum minum sedikit pun, tetapi lelaki itu dengan seenaknya menghabiskan dalam sekali teguk.
"Bikin lagi lah," balas kakaknya acuh.
Gadis itu tersenyum sabar. Meladeni sang kakak tidak akan ada habisnya, lebih baik mengalah sesaat karena ia juga lelah berdebat.
Langkah kaki terdengar dari arah tangga, itu Papa yang sedang berjalan ke arah mereka berdua.
"Al," panggil Baron setelah mendudukkan dirinya di sofa single.
Alvis menatap Papanya dengan tatapan bertanya tanpa minat. Ingat ya, dia masih kesal dengan perkara tadi pagi.
Mengerti dengan tatapan sang anak, pria tua itu kembali berucap, "tolong antar Keysha belanja buat keperluan sekolah. Besok dia udah masuk sekolah."
"Kenapa harus Alvis, Pa?"
Lelaki itu menggerutu dalam diam. Kenapa otak dan mulutnya tidak bisa diajak kerja sama? Bukan kata itu yang seharusnya ia ucapkan.
"Kamu 'kan, kakaknya," jawab Baron.
"Eca sama supir aja, Pa. Kak Alvis mungkin masih capek." Sengaja mengatakan itu, ia juga enggan berangkat bersama sang kakak. Lagi pun, ia juga tahu apa yang harus ia beli.
"Nggak. Papa ngga nerima penolakan ya, kids." Baron segera beranjak pergi dari tempatnya semula. Menyisahkan kedua anaknya.
"Nggak apa-apa kalau nggak mau anter, Kak. Aku bisa bareng supir," kata Keysha.
"Nggak denger kata Papa?" tanya sang kakak.
Gadis itu mengangguk patuh. Sesungguhnya ia sangat tidak ingin pergi berdua dengan kakaknya. Bukan karena apa, tetapi bisa-bisa jantungnya kembali menggila. Ia tidak ingin mati muda.
"Gue siap-siap dulu, Kak," pamit Keysha. Belum mendapat jawaban dari Alvis, tungkainya terlebih dahulu membawa pergi.
Lelaki itu mendengkus melihat tingkah sang adik yang seenaknya, sangat berbanding balik dengan kesan awal saat ia pertama kali menginjakkan kaki di kediaman Abhitama.
Kesan polos serta pengetahuan yang kurang membuat Keysha nampak seperti anak yang sopan. Iya, sopan, hanya kepada kedua orang tua, tetapi tidak berlaku kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of Destiny
Fanfiction[JANGAN LUPA FOLLOW YA, GAES!] ↪ft. 00L Kisah klasik gadis polos bertemu dengan lelaki jakung super menyebalkan