Part 8

36 16 2
                                    

Dengan wajah kesal Keysha menghampiri anggota keluarganya yang sudah berkumpul bersama di meja makan. Mendudukkan diri di samping sang Mama dengan lekukan di bibir. Dia masih sangat kesal dengan Alvis. Bagaimana bisa ia begitu tega mencoret wajahnya?! Untung saja kulitnya tidak sensitif.

"Kebiasaan buat orang nunggu," nyinyir Alvis dari bangkunya.

Ingin sekali Keysha menimpuk wajah songong bin sombongnya itu!

Keysha hanya menatapnya tajam. Seakan memberi tahu kepada Alvis jika ini semua karenanya.

"Ca, pelipis kamu kenapa?" tanya Kirana dengan raut wajah khawatir.

"E–enggak apa-apa, Ma. Cuman luka kecil," jawab Keysha. Tidak mau membuat mama khawatir dengan lukanya.

Kirana menangguk.

"Baiklah, sekarang makan," titah Papa.

Sendok dan garpu menjadi pemecah keheningan di meja makan. Mereka semua makan dengan lahap. Tidak ada yang berbicara. Karena sudah jadi pantangan jika sedang makan tidaklah boleh untuk berbicara.

Makanan yang awalnya banyak perlahan mulai tidak bersisa. Mengucapkan kata syukur setelah selesai makan. Keysha dan Alvis pamit pergi ke kamar lebih dulu.

Selepas kepergian dua anak mereka. Pasutri itu saling tatap dan tersenyum bersamaan. Bahagia melihat kedua anaknya akur. Terlebih lagi pada Alvis yang tampaknya menerima keberadaan Keysha. Walaupun mereka tahu jika gadis itu kadang dongkol dengan sikap Alvis yang semena-mena.

"Pa, sepertinya kita tidak salah memilih," ucap Kirana pada suaminya.

"Benar. Sepertinya dia sudah cocok," kata Baron menyetujui ucapan Kirana.

"Oh, iya. Tadi, kata Bi Munah, mereka berdua tidur bersama—maksudnya, tertidur bersama di kamar Keysha," kata Kirana memberitahu apa yang Bi Munah lihat siang tadi.

Pria itu tersenyum tipis mendengarnya. "Baguslah, aku rasa, mereka akan cepat akrab dari yang kita duga."

"Apa kamu udah rencanain semua dengan matang?" tanya Kirana saat mengingat percakapan mereka tempo lalu.

"Sudah, dan dia juga sudah setuju. Kita hanya perlu lihat, ke mana takdir menggiring mereka," jawab Baron diakhiri senyum.

"Baguslah,"

Mau kuberi tahu sesuatu?

Di dunia ini, tidak ada yang namanya kebetulan, bukan? Pasti ada rencana yang disusun sedemikian rupa di baliknya. Begitu juga dengan pengangkatan Keysha sebagai anggota baru keluarga Abhitama.

"Bagaimana jika kita bertemu lagi dengannya minggu ini?" ujar wanita paruh baya dengan penuh semangat.

"Kamu sepertinya tidak sabar," kekeh suaminya melihat tingkah istrinya itu. Padahal sudah tua, namun masih saja semangatnya berjiwa muda. "Baiklah, kita temui dia minggu ini," finalnya.

Sementara itu di kamar Keysha...

Gadis itu tengah duduk termenung di balkon kamar. Banyak pikiran berkecamuk di benaknya. Salah satunya adalah asal usul keluarga lama yang masih belum ia ketahui.

Path of Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang