Mereka mulai berbincang-bincang ringan seputar sekolah. Keysha yang penasaran dengan sekolah barunya sesekali bertanya. Entah bagaimana bentuk gedungnya, sampai ada berapa guru pun tidak luput dari pertanyaannya.
Keysha senang, teman-teman Alvis sangat menerima kehadirannya. Bahkan, Ditya tadi mengatakan jikakalau gadis itu belum mendapatkan teman di hari pertamanya sebagai murid baru, ia bisa bergabung dengan mereka. Alvis sempat menolak karena teringat tentang kesepakatan yang gadis itu buat.
Namun, lelaki berkulit putih itu bersih keras. Akhirnya ia pasrah saja. Selama mereka berdua—Keysha dan Alvis—tidak berperilaku layaknya saudara, tidak akan ada yang tau, bukan?
"Gak kerasa udah mau sore aja, kami pamit ya." Rafka menyudahi perbincangan mereka.
Pukul empat sore, sudah sangat lama mereka berada di rumah Alvis. Alvis dan Keysha mengantar mereka bertiga sampai depan pintu, lalu melambaikan tangan saat mobil jemputan Ditya ke luar dari halaman rumah.
"Heh, Babu." Tahan Alvis saat Keysha hendak melangkah ke tempat duduk mereka tadi.
"Ubab matamu! Aku punya nama, ya!" kesal gadis itu. Kenapa Kakaknya ini suka sekali mengganggu?!
"Oke, Kunci. Lo–"
"Kok, kunci, sih?!" protes Keysha. Apa lelaki itu tidak bisa menyebutkan namanya dengan benar? Tolong, Keysha lelah dengan sifat ajaib Kakak barunya itu.
Tadi Babu, sekarang Kunci. Nanti, apalagi?! Tante?!
"Nama lo 'kan, Key. Nah, Key artinya kunci, jad–"
"Mau ngomong apa, sih, Kak? Cepetan dikit, aku mau beresin sisa cemilan," potong Keysha cepat. Jika tidak, sudah dipastikan lelaki tersebut akan berceloteh lebih panjang. "Atau kamu aja yang beresin, Kak?"
"Dih, ogah." Tolak Alvis mentah. Enak saja dirinya disuruh seperti itu. "Soal yang ta–"
"Dalah, Kak. Aku capek, belum istirahat." Lagi-Lagi Keysha memotong perkataan Alvis. "Nih, nampannya. Sekalian beresin sisa makan temen kamu tadi ya, Kak. Aku capek, mau Istirahat."
Setelah menaruh nampan di genggaman Alvis, gadis dengan surai hitam legam tersebut segara mengambil langkah seribu—menghindar dari amukan Alvis. Buru-buru ia menaiki tangga, hampir saja tergelincir jika saja tidak bisa menyeimbangkan badan.
Sedangkan Alvis masih memandangi nampan yang berada di tangannya. Enak sekali gadis itu memerintah! Lihat saja nanti. Akan ia balas. Untuk kali ini, tidak apa jika ia yang membersihkan tempat tadi, ia juga sudah terbiasa seperti itu sebelum gadis itu datang. Walaupun lelaki itu terlihat suka seenaknya, ternyata lelaki itu mandiri.
Padahal tadi ia ingin membicarakan rencana Keysha. Namun, anak itu terus menerus memotong ucapannya. Belum saja ia menjitak kepala gadis itu karena gemas. Gemas dalam artian kata kesal! Mungkin, dia akan membicarakan itu nanti.
Setelah ia menyelesaikan pekerjaannya, ia memilih untuk mengistirahatkan badan di kasur empuk. Sebelum memasuki kamar, Alvis menyempatkan diri untuk melihat keadaan adiknya karena gadis itu mengatakan jika ia sedang lelah, kalau saja ia malah mendapati gadis itu melakukan hal lain, mungkin hukuman kecil bisa diberikan. Namun, setelah membuka pintu, ia mendapati wajah damai adiknya yang tertidur pulas. Sepertinya gadis itu benar-benar kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of Destiny
Fanfiction[JANGAN LUPA FOLLOW YA, GAES!] ↪ft. 00L Kisah klasik gadis polos bertemu dengan lelaki jakung super menyebalkan