Jarang up book ini gegara insecure:'
.
.
.Selesai berbelanja, Alvis membawa Keysha ke tempat makan yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka membeli seragam tadi. Mereka berdua sama-sama belum sempat makan setelah membersihkan halaman rumah pagi tadi.
"Mau makan apa, Ca?"
"Samain aja."
Baru kali pertama gadis itu menginjakkan kaki di mall, bagaimana ia tahu makanan apa saja yang dijual? Pilihan terbaik adalah menyamakan makanan dengan Alvis.
Ia menatap sekeliling, terlihat ramai pengunjung dikarenakan ini hari weekend. Saat kepalanya menoleh ke samping kanan, netranya menangkap sosok yang sangat ia kenali tengah duduk bersantai sambil meminum segelas boba.
Keysha buru-buru mengalihkan pandangan kemudian mengambil buku menu, menyampirkan di sisi wajah bermaksud untuk menyembunyikan wajahnya agar tidak terlihat orang yang ia lihat tadi.
Alvis yang melihat gelagat aneh dari gadis itu bermaksud untuk bertanya, tetapi gadis itu lebih dulu menyuruhnya agar diam.
"Ini pesanan kalian, selamat menikmati." Pelayan membawakan pesanan Alvis, kemudian pergi setelah diberi uang bayaran.
"Kenapa, sih?" Lelaki itu memandang heran ke arah adiknya yang masih menutup sisi wajah. "Makan nih, keburu dingin."
Keysha tidak menjawab pertanyaan lelaki itu, namun tetap melakukan perintah, karena ia sendiri juga sedang lapar. Untunglah, lelaki itu tidak bertanya lebih lanjut, sebab, ia juga tidak akan menjawab.
****Alvis bertekad akan bertanya tentang status mereka yang katanya akan disembunyikan jika adiknya sudah bersekolah.
"Ca, soal ucapan lo waktu itu ...."
"Yang mana?" tanyanya bingung. Bagaimana tidak? 'Kan, ia belakangan ini banyak berbicara.
Alvis memutar bola matanya malas, ingin sekali menyentil kening gadis di sebelahnya. "Yang kata lo mau nyembunyiin status kita sebagai keluarga," kata Alvis yang kini beralih menatap adiknya.
"Terus?"
"'Kan, si Ditya ngajakin lo buat gabung sama kita-kita. Gue sih, nggak apa-apa."
Ah, benar juga. Ia hampir lupa. "Oiya, ya. Ck, doain aja aku dapet teman baru, Kak."
Alvis menangguk. Setelahnya tidak ada lagi yang berbicara. Masing-masing sibuk dengan pikirannya. Seperti Alvis yang masih saja memikirkan gelagat aneh adiknya ketika mereka makan tadi.
Apa yang sebenarnya dihindari gadis itu?
Ia ingin tahu lebih jauh. ia takut jika Keysha nantinya akan merasa terganggu karena itu termasuk privasi.
Ngomong-ngomong soal itu, ia jadi teringat tentang perkataan orang suruhannya. Alvis sudah mengetahui masa kelam gadis itu semasa sekolah. Ternyata, Keysha merupakan korban bully. Entah apa alasannya, ia belum mengetahuinya.
Namun, yang pasti, ia akan terus mencari tahu sampai ia mengetahui siapa saja yang merundung Keysha.
"Kak, nama sekolah kakak apa?" tanya adiknya, random.
"SMA Gemilang, kenapa?"
Gadis itu membulatkan mata sempurna. Kaget mengetahui jika sekolah barunya ternyata sekolah ternama. Siapa yang tidak tahu SMA Gemilang? Salah satu sekolah negeri dengan murid-murid yang berprestasi.
Alumni tiap tahunnya selalu menjadi lulusan dengan nilai terbaik. Apalah daya dengannya yang punya otak pas-pasan.
Di sekolah barunya juga pasti banyak murid dari kalangan sendok emas. Jika kalangan bawah sepertinya bisa masuk di sana, pasti karena beasiswa. Seketika otak Keysha pening memikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of Destiny
Fanfiction[JANGAN LUPA FOLLOW YA, GAES!] ↪ft. 00L Kisah klasik gadis polos bertemu dengan lelaki jakung super menyebalkan