Part 15

45 13 3
                                    

Ssupp!! Gimana puasanya? Lancarkan?
Baru up lagi, baru selesai revisi soalnya:)
.
.

Kantin untuk kelas sebelas begitu ramai kali ini. Murid tingkat akhir, juga murid kelas sepuluh turut memenuhi tempat itu. Padahal, disetiap angkatan sudah disiapkan kantin masing-masing.

Keysha bersama Aryastia yang baru saja tiba di tempat tersebut mengerutkan alis heran. Apa yang membuat murid lain susah-susah untuk datang ke sini?

"Rame banget, kita kayaknya ngga bakalan kebagian tempat duduk," ucap Keysha yang mendapat anggukan persetujuan dari Tia.

Keysha mengedarkan pandangannya, barangkali saja ada meja kosong untuk mereka berdua. Matanya tertuju pada bangku Alvis yang masih bisa menampung dua orang. Ia ingin ke sana, tetapi ia teringat tentang perjanjian yang dibuatnya.

Ah, persetanan dengan janji. Perutnya adalah prioritas utama gadis itu saat ini. Dengan langkah canggung, ia berjalan ke arah sang kakak dengan Tia yang setia mengikuti di belakang.

"B–boleh gabung?" Keysha kini berdiri tepat dibalik tubuh Alvis.
Lelaki itu mengalihkan pandangan sebentar saat mendengar suara familiar di belakangnya.

"Ca, lo ngapain, sih?" tanya Tia heran.

Aksi keduanya kini menjadi tontonan orang-orang di sana. Bukan karena apa, tetapi mereka berdua kini sedang berhadapan dengan siswa populer di sekolah.

"Boleh dong! Sini, Ca. Duduk samping gue aja." Seruan dari Chaska barusan menimbulkan bisikan dari segala penjuru kantin.

Mereka iri. Sudah berapa kali mereka cari perhatian kepada kumpulan siswa famous itu, tetapi tidak penrah sekali pun dihiraukan. Namun, kali ini? Siswi yang diketahui adalah anak baru itu bisa mengobrol bahkan makan bersama!

Tia saja yang tidak tahu apapun melototkan matanya tak percaya. Gadis itu selama ini tidak pernah berpikir akan berbicara atau makan di meja yang sama seperti sekarang. Bukannya berlebihan, tetapi memang sekumpulan manusia tampan ini tidak tersentuh. Ah, kecuali untuk Chaska.

Keysha mengangguk, lantas mendudukkan dirinya di samping Chaska sesuai permintaan lelaki Tan tersebut. Yang mana membuat sang empu kegirangan.

"Tia, ayo duduk," ajak Keysha.

Gadis yang diajak mengangguk kikuk. Ia mendudukan diri di samping Alvis dengan ragu-ragu. Jantungnya bergetar hebat. Mungkin, pipinya memerah saat ini. Huh! Duduk di samping orang yang kita taksir memang tidak baik untuk kesehatan jantung.

Ya, Tia adalah salah satu dari banyaknya wanita yang menaruh hati pada Alvis. Siapa yang dapat menolak pesona dari lelaki tersebut? Lihat saja rahangnya yang tegas serta hidung yang mancung dengan kulit seputih susu, IQ tinggi sebagai tambahan. Idaman sekali, bukan?

Sorak-sorai kembali terdengar. Di dominasi oleh kaum hawa. Dari arah pintu masuk, tampaklah Herdian beserta kawan-kawan.
Ternyata, penyebab kantin ramai hari ini adalah Herdian.

Sosok yang diberi gelar pangeran sekolah itu baru saja kembali setelah mendapat skorsing satu minggu lamanya. Lelaki itu berjalan diiringi dengan pekikan kaum hawa yang tiada hentinya bersahutan.

Herdian mengedarkan pandangannya, mencari sosok gadis yang sempat mencuri perhatiannya tadi pagi. Dapat. Dapat dilihatnya jika orang yang tengah ia cari ada di salah satu meja pojok.

Pandangannya terkuci pada satu sosok, tidak ingin berpaling pada objek lain. Seakan, jika ia berpaling barang sedikit pun gadis yang menjadi objeknya akan hilang. Saking fokusnya pada satu titik, ia tidak sadar jika tujuan akhirnya adalah kandang lawan.

Teman-teman dari Herdian pun dibuat bingung akan tingkah lelaki itu.

"Hai, Ca!" sapanya.

"Halo, Kak!" jawab Keysha penuh semangat.

Buk!

Dentingan sendok yang dibanting dengan kasar di atas piring membuat suara nyaring. Sang pelaku tidak perduli, telinga dan hatinya panas saat ini.

Alvis menggeram rendah. "Ngapain lo ke sini?" desisnya.

Herdian yang sadar jika telah mendatangi kandang lawan tersenyun remen, lantas menjawab, "Apa untungnya gue kasih tahu lo buat apa gue ke sini?"

Hawa yang tadinya biasa saja, berubah menjadi panas akibat dua oknum yang saling melemparkan tatapan penuh kebencian. Semua orang tahu jika Alvis dan Herdian adalah rival.Tidak pernah akur, masing-masing dari mereka pun tidak ada yang ingin mengalah.

"Mending lo cabut dari sini, Her," kata Ditya yang merasa jika sebentar lagi akan ada ajang baku hantam dari keduanya.

Herdian berdecak. Lelaki sipit itu mengalah untuk sesaat, ia juga malas kalau nantinya masuk ruang konseling dan mendengar ceramah tiga bab dari guru.
Namun, sebelum beranjak pergi dari sana, ia menyempatkan diri untuk mengacak surai Keysha sambil berucap, "dadah cantik, besok ketemu lagi." Ia berkedip genit sebelum benar-benar pergi.

Keysha yang mendapat perlakuan seperti itu hanya dapat diam mematung sambil berkedip beberapa kali. Ia mencoba mencerna kejadian barusan yang begitu tiba-tiba.

Dalam batin ia berkata, "Kakak tadi matanya kelilipan kali, ya? Makanya ngedip."

Berbeda dari sang adik yang sedang mencerna keadaan, Alvis kini sedang meredakan emosinya yang siap meluap. Hawa sekitar tubuhnya menghitam, ia pandangi punggung Herdian dengan tatapan setajam mata elang.

Alvis mengalihkan atensinya pada Keysha setelah tubuh rivalnya menghilang dibalik pintu kantin. Jelas terlihat jika sang adik terseyum sendiri. Ah, lihat saja apa yang akan dia perbuat nanti untuk gadis itu.

"Gue cabut," kata Alvis sebelum meninggalkan teman-temannya.

"Chas, kayaknya saingan lo nambah." Rafka meledek Chaska."Mundur aja, deh," lanjutnya yang mendapat tatapan sinis dari sang empu.

"Ca, mending lo nggak usah deket-deket sama Herdian," kata Ditya.

"Kenapa?" tanya Keysha tidak mengerti.

"Lo nggak lihat gimana reaksi Alvis barusan?"

Ah, benar juga. Gadis itu melihat jelas bagaimana tatapan tak suka dari kakaknya. Netranya menatap sendu kepergian sang kakak.

'Kak, Al. Maafin aku.'

Sepertinya hari ini gadis itu tidak akan dibuat tenang oleh sang kakak. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Ia harap, Alvis tidak melakukan hal diluar nalar lagi untuk menjahilinya. Hah, memikirkannya saja membuat ia takut duluan.

.
.
.

Tbc

Yeyyy update wkwk. See u~

Path of Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang