Part 3

78 19 1
                                    



Usai menyiapkan semua peralatan kakaknya, Keysha memilih untuk membersihkan kamar lelaki itu yang sangat berantakan.

Banyak sekali sampah makanan ringan berserakan di lantai, padahal di kamar sudah disediakan tempat sampah. Ia tidak tahu bagaimana jalan pikiran orang itu.

Ia melirik jam yang bertengger rapi di dinding kamar, sudah setengah tujuh dan lelaki itu masih betah di dalam kamar mandi?

Ya, ampun. Sedang apa anak itu?

Ia tidak bisa membayangkan hari pertamanya di sekolah baru harus datang terlambat karena Alvis.

"Kak, kamu ngapain aja di dalam? Cepat ke luar, kamu bakalan terlambat!" Ia agak sedikit meninggikan suara agar lelaki itu dapat mendengarkan ucapannya.

"Lo, ternyata cerewet juga."

Pintu dibuka dan posisi Keysha masih berdiri di depan pintu kamar mandi. "Aaaa!" Ia langsung berbalik saat melihat kakaknya yang berdiri santai hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuh bagian bawah.

"Ya! Kenapa kamu nggak bilang kalau mau ke luar?" tanyanya masih dengan posisi membelakangi lelaki itu.

"Memangnya lo siapa, sampai gue harus bilang dulu kalau gue mau ke luar?" Nada menyebalkan kembali terdengar dari ranum Alvis, "Awas, lo halangi jalan." Lelaki itu mendorong sedikit bahunya, lalu berjalan tanpa menghiraukan kehadirannya.

"Kenapa masih di sana? Lo mau lihat tubuh gue lebih lama?" tanya lelaki itu dengan seringai.

Ya! Yang benar saja, aish, menyebalkan!

Gadis itu segera mengambil langkah seribu. Buru-buru meninggalkan kamar kakaknya. Malu. Ia benar-benar malu. Dapat dipastikan jika warna wajahnya sudah mirip dengan warna kepiting rebus.

Ia kembali pergi ke dapur, ternyata Bi Munah sudah selesai memasak. Ah, ia jadi merasa bersalah.

"Bi, apakah dia memang susah untuk dibangunkan?"

Awalnya wanita tua itu nampak bingung dengan pertanyaannyaa, setelah Keysha jelaskan siapa yang dimaksud, wanita tua itu menjawab jika lelaki tersebut tidak susah untuk dibangunkan.

Cukup guncangkan badannya sedikit lalu ia akan terbangun. Gadis itu terperangah, lelaki tersebut telah mengerjainya. Ia menendang udara karena kesal, Bi Munah hanya terkekeh melihat kelakuannya.

"Tampaknya, kalian cepat akrab, yah."

Ia mengernyit mendengar perkataan pembantunya barusan, apa katanya? Cepat akrab? Yang benar saja!

Karena penasaran, ia putuskan untuk bertanya, "kenapa Bibi beranggapan seperti itu?"

Pembantu itu memilih duduk di sebelahnya kemudian menjawab pertanyaan, "kau mau tau sesuatu tentang kakakmu itu?"

Keysha mengangguk.

Bi Munah mulai bercerita tentang bagaimana pusingnya Baron dan Kirana saat dulu Alvis memperlakukan adik angkatnya seenak yang ia mau. Menyuruh ini, itu setiap hari, sampai-sampai adik angkatnya  memilih untuk pergi dari rumah karena terlanjur kesal dengan sikap Alvis. Sebenarnya Keysha juga mengalaminya, tetapi ia hanya merasa kesal sesaat, setelahnya, rasa kesal lenyap.

Path of Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang