Maaf ya author lama up nya soalnya chapter kali ini dua kali lipat lebih panjang dari biasanya karena emang ada beberapa hal yang harus di ceritakan. Semoga aja sih kalian gak pusing baca nya wkwkwkw.
Oke jangan lupa tinggalkan vote and comen:)
Selamat membaca!
•
•
•
•
•
•Seorang dokter dengan jas putih bersih yang masih melekat di tubuhnya serta Surai perak yang sedikit basah akibat baru melakukan aksi tauran dengan air itu tengah terduduk sedikit kikuk di atas sofa dengan beberapa lembaran kertas yang akan dia berikan kepada adik barunya itu.
Arka mengalihkan pandangannya ke arah pasangan suami istri muda yang di pagi hari yang masih buta karena terhalang oleh kabut tipis itu sedang bermesraan di atas brankar. Lihat saja sang suami bersurai kuning itu sedang tertidur pulas pada kedua paha istrinya dengan memeluk erat area perut dan juga pinggang rampingnya. Sementara itu, sang istri bersurai raven justru tengah sibuk mengelus pucuk rambut suaminya dengan posisi tubuh terduduk manis di atas brankar.
Sarada melirik sekilas ke arah Arka saat merasakan bahwa kakak ketiganya itu sedari tadi memperhatikan dirinya dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. Semenjak masuk ke dalam ruangan ini, kakaknya itu sama sekali tidak mengatakan sepatah katapun kepadanya bahwa kakaknya lebih memilih duduk dan membaca berulangkali lembaran kertas yang berada di dalam genggaman tangannya.
Rasa penasaran membuat Sarada memberanikan diri untuk bertanya tanpa harus menghentikan aktivitasnya yang sedang mengelus suami manjanya ini. "Nee Arka-Nii kau kenapa? Kenapa wajahmu masam seperti itu? Memangnya ada apa?"tanyanya dengan penuh penasaran sambil memandang lekat lawan bicaranya.
Selama beberapa detik Arka tersentak kaget karena Sarada tiba-tiba saja membuka suara dan membuat jantungnya nyaris saja melompat saat mendengar suara gaib tersebut. "Tidak ada, aku baik-baik saja Sarada. Tapi... Ada hal penting yang harus aku bicarakan dengan mu,"jawabnya dengan nada rendah.
Sarada mengangkat salah satu alisnya bingung bercampur penasaran. " Memangnya apa yang ingin kau bicarakan dengan ku? Kau tau? Kau membuatku benar-benar penasaran Nii-San! Bahkan wajahmu saja lebih tegang dari orang yang kesetrum!"ujarnya dengan nada meledek agar kakaknya itu tidak canggung seperti robot yang baru saja di aktifkan.
Arka tertawa hambar. Ia benar-benar ragu akan memberitahu Sarada menganai kondisi Yumiko atau tidak karena bagaimanapun juga ia takut jika nantinya hal ini hanya akan membuat Sarada kembali depresi. Sungguh, ia tidak ingin melihat adik barunya itu menderita apalagi sampai melihatnya menahan rasa sakit seperti semalam. Arghhhh.... Rasanya seperti sedang kencing lalu masa depan miliknya terjepit oleh resleting celana, iya ada ngilu-ngilunya gitu.
Sarada mengerutkan keningnya saat melihat kakaknya malah sibuk termenung dan mengabaikan pertanyaan yang tadi ia lontarkan kepadanya. " Nii-San apa kau baik-baik saja?"tanyanya sedikit meninggikan nada bicara agar kakaknya itu tidak melamun seperti tadi lagi.
Lamunan Arka seketika buyar dalam sekejap, ia menggelengkan kepalanya untuk menetralkan kembali fungsi otaknya. "Ah... Maaf, tadi kau bilang apa Sarada?"tanyaya dalam mode yang masih linlung seperti orang yang belum terkumpul seluruh nyawanya.
Sarada menghela nafasnya dengan berat dan menghembuskan nya dengan sedikit kesal. "Sudah lah lupakan, intinya apa yang ingin kau bicarakan dengan ku? Kalau tidak salah tadi kau mengatakan jika hal yang ingin kau bicarakan dengan ku itu penting bukan?"tanyanya sambil melirik sekilas suaminya yang masih saja bergelayut manja dengannya, ia mendesah kecil saat suaminya itu menyentuh area belakang tubuhnya pada bagian bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Out Of Spite
RomanceSarada hanyalah seorang gadis yang haus akan cinta dan juga kasih sayang. masa lalu yang suram membuatnya trauma dengan yang namanya perpisahan dan begitu takut ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Sarada pikir menikah dengan boruto akan...