18 • Dialah Pelakunya

5.2K 602 27
                                    

Kana makin mengepalkan tangan kirinya, air matanya seolah akan tumpah saat itu juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kana makin mengepalkan tangan kirinya, air matanya seolah akan tumpah saat itu juga. Putra masih belum menjawab pertanyaan nya, membuat Kana makin geram.

"Kana tanya sekali lagi, apa om Putra yang udah bunuh Bintari?" tanya Kana dengan penuh penekanan.

"Kamu fokus aja sama acara kamu Na. Om putu---," belum selesai Putra menyelesaikan pembicaraan nya, Kana sudah berteriak histeris.

"JAWAB! Om tinggal jawab doang apa susahnya?! Jujur sama Kana!" teriak Kana, dadanya sudah naik turun. Sangat susah mengatur emosinya saat ini.

"Om gak bunuh Na! Om gak sengaja! Gak sengaja mukul dia sampe pingsan, om sama Vera panik dan buang dia di jurang! Puas kamu Na?" ujar Putra agak berteriak. Sungguh, Kana benar-benar lemas mendengarnya. Kana benar-benar tidak tau harus berbuat apa.

"Om bilang gak sengaja? Om gak tau Bintari itu temen Kana om," ujar Kana dengan suara gemetaran. "Dan om gak mau tanggung jawab? Om tinggalin kak Vera yang lagi sakit? Dimana otak om Putra," isak Kana.

"Cukup Na! Itu urusan om, kamu gak perlu ikut campur. Urusan kamu sekolah, gak perlu ngurusin hidup om," ujar Putra masih keras kepala.

Walaupun tidak terlihat, Kana tetap menggelengkan kepalanya. "Enggak, om Putra harus tetep tanggung jawab. Bahkan om gak ngurusin jenazah Bintari. Om buang dia seolah-olah dia itu hewan. Apa om gak merasa di hantui sama rasa bersalah? Kana gak nyangka ya om, ternyata om sejahat ini. Om Putra yang Kana kenal baik, yang Kana kenal sebagai orang yang berpendidikan tinggi, ternyata gak punya rasa kemanusiaan. Kana ngerasa bersalah sama Bintari, kasian Bintari gak salah apa-apa tapi om bunuh kaya gitu. Kana gak mau kenal sama om Putra lagi." ujar Kana lalu memutus sambungan telfonnya.

Kana meletakkan handphone nya lemas, seolah-olah sudah tidak ada energi lagi ditubuhnya. "Ternyata bener. Semua ini ulah om Putra."

***

Acara api unggun tengah berlangsung, suasana malam ini cukup ramai. Mereka semua bertepuk tangan sembari menyanyi kan beberapa alunan lagu.

Mada menoleh ke arah sekitarannya, ia tidak melihat tanda-tanda kedatangan Kana. Cowok itu berdiri, namun pergelangan tangannya dicekal oleh Mala.

"Kenapa Mal?" tanya Mada.

Mala ikut berdiri disusul oleh Beni. "Lo mau kemana?" tanya Mala.

"Nyari Kana, daritadi dia gak kelihatan sama sekali. Takut terjadi apa-apa sama dia," jawab Mada.

Mala menggelengkan kepalanya, lalu menghela nafasnya pelan. "Kana ada di dalem tenda kok. Dia gak mau ketemu sama siapa-siapa dulu, dia lagi mau sendiri. Gue juga gak tau Kana kenapa," ujar Mala menjelaskan.

Mada menaikkan sebelah alisnya, lalu menoleh ke arah tenda milik Kana dan Mala. "Apa tadi sore dia baik-baik aja Mal?" tanya Mada.

"Iya kok aneh banget tiba-tiba Kana gak mau keluar tenda. Apa ada yang dia sembunyiin ya?" tanya Beni.

"Tadi sore dia pulang dengan keadaan ada luka di lutut sama dahinya. Gue lihat, Kana lagi hancur banget. Dia kaya habis nangis, tapi emang iya sih. Katanya dia habis ketemu makhluk, tapi Bintari berhasil nolongin Kana. Menurut gue ada masalah lainnya deh," ujar Mala berfikir sejenak.

"Kana itu aneh, bahaya juga gak sih kalo ninggalin dia sendirian? Bisa aja dia di bawa sama sosok hantu itu?" ujar Beni merinding. Ia berpikiran yang tidak-tidak, membuat Mala parno dan khawatir saja.

"Aduh Beni, bisa gak sih lo tuh kalo mikir gak usah aneh-aneh? Jangan bikin orang parno dong Ben. Lagian barusan gue liat Kana juga masih ada kok di tenda," ujar Mala agak kesal.

Beni menyengir kuda, cowok itu menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Kali aja gitu Mal,"

"Jadi lo doain terjadi hal-hal aneh gitu sama Kana? Gue colok nanti mata lo Ben," sinis Mala kesal.

"MasyaAllah Mal, gue gak ada ngomong kaya gitu ya! Kan cuma takut aja, gue juga khawatir sama Kana. Siapa juga yang doain Kana kaya gitu? Gak ada Kemala." jawab Beni agak tegas, ia sama sekali tidak punya hal buruk untuk Kana.

"Mal, bisa tolong cek Kana lagi gak di tendanya? Lo liat aja dari luar gak usah masuk ke dalem," suruh Mada.

Mala mengangguk setuju, lalu berjalan menuju ke arah tendanya dengan Kana. Cewek itu mengerutkan keningnya, ia mengintip dari bayangan Kana. Ya, Kana sedang tertidur damai disana. Tidak ada suara apapun, kecuali bunyi serangga yang ada di hutan tersebut.

Mala mengelus dadanya, ia lega jika Kana ada disana dan baik-baik saja. "Allhamdulilah Kana gak papa." ujarnya pelan, lalu pergi menghampiri Mada dan Beni lagi.

"Gimana Mal?" tanya Beni pada saat melihat Mala sudah datang menghampirinya. "Kana ada disana kan?" tambahnya lagi.

Mala mengangguk. "Ada kok, Mala lagi tidur, gak terjadi apa-apa sama dia. Tenang aja," ucap Mala.

"Kalo gitu biarin Kana sendiri dulu aja. Nanti kalo udah waktunya, pasti dia cerita sama kita," ujar Mada.

Beni mengangguk paham, ia pun duduk kembali menikmati suasana keramaian saat acara api unggun.

***

Bintari datang menghampiri Kana, lalu tersenyum disebelah gadis yang sedang tertidur tidak pulas disana. Kana hanya memejamkan matanya, seraya berfikir apa yang akan ia lakukan nantinya.

"Kana lo gak papa?" suara itu tiba-tiba muncul dibelakang Kana, membuat sang empu terbangun dan menoleh ke arah sumber suara.

"Bintari," gumam Kana dengan wajah pucat nya. Sedaritadi ia memang belum menyentuh makanan sama sekali. Tubuhnya terasa lemas.

"Lo kenapa? Apa hantu itu masih bayang-bayangin lo ya?" tanya Bintari khawatir, sangat terlihat dari raut wajahnya.

Kana menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum. "Bintari, lo bisa gak ceritain jaman nya lo hidup itu kaya gimana? Mulai dari pacar nya kakak lo?" tanya Kana memancing. Ia ingin tau kisah sebenarnya dari Bintari.

Bintari terdiam, kisah hidupnya sangat panjang. Ia bingung harus mulai darimana, lagipula kenapa Kana bertanya hal ini kepadanya? Kenapa tiba-tiba? Ini aneh.

"Kenapa tiba-tiba lo nanya itu Na? Kisah hidup gue panjang banget dan gak penting kok. Nanti kalo gue ceritain lo nangis lagi hahaha," ujar Bintari tertawa, namun tidak sama sekali dengan Kana. Gadis itu menatap Bintari dengan tatapan datarnya. "Lo kenapa? Muka gue ada yang aneh ya?" tanya Bintari.

"Ceritain aja Tar. Gue mau dengerin kisah hidup lo." ujar Kana datar.

Bintari tersenyum dengan sendu, ia mengangguk lalu menuruti permintaan Kana barusan. Menceritakan segala tentang kisah hidupnya, tanpa terlewat sedikitpun.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BINTARI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang