2 • Sosok berseragam Pramuka

9.9K 1.1K 15
                                    

WAJIB VOTE DAN FOLLOW AKUN WATTPAD INI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WAJIB VOTE DAN FOLLOW AKUN WATTPAD INI. TERIMAKASIH.

•••

Ruang makan keluarga saat ini sudah ramai, pagi ini mereka sudah berkumpul untuk sarapan pagi. Sebelum berangkat kerja, Bimo harus mengantarkan Kana dan Saka ke masing-masing sekolah barunya.

"Saka, kamu cepetan sarapannya jangan lama-lama nanti keburu telat ini udah jam 06.30 aku gak mau di hukum," ujar Kana mengingatkan.

Cowok itu mengangguk santai, lalu memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya. "Santai aja."

Atik mengelus puncak rambut Kana pelan, lalu tersenyum kepadanya. "Udah fokus sarapan dulu aja, kalo di kampung sekolah itu masuknya jam 7.30 jadi jangan buru-buru,"

"Bener apa kata Nenek barusan, wes lanjutkan makan nya." ujar Aryo menengahi. Mereka semua pun melanjutkan sarapan, hingga akhirnya Bimo dan Rumi mengantarkan Kana dan Saka ke sekolah barunya.

***

Mobil Bimo sudah berhenti di depan SMA Perjuangan, sekolah yang cukup terkenal di Kota Solo. Cewek itu mencium tangan kedua orangtuanya dan berpamitan.

"Pa, Bu Kana sekolah dulu ya, nanti pulang nya gak usah di jemput. Kana udah tau jalan pulang nya kok," ujar Kana memberitahu.

"Yakin?" tanya Rumi pelan.

Kana mengangguk yakin. "Yaudah Papa, Ibu sama Saka hati-hati ya," ujar Kana, lalu menoleh ke arah Saka lagi. "Saka kamu yang bener ya sekolahnya,"

"Iya Kak." jawab Saka mengangguk.

Setelah kepergian mobil Papanya, Kana menatap lekat pintu gerbang sekolah. Cewek itu mengangguk yakin. "Ayo Kana semangat! Semoga kamu betah disini." ujar Kana menyemangati dirinya sendiri.

Kana berjalan ke arah ruang guru, lalu bertemu dengan Bu Susan, wali kelasnya. "Selamat pagi Bu," sapa Kana ramah, lalu bersalaman dengan Bu Susan.

"Iya selamat pagi, kamu Kana ya? Murid baru pindahan sekolah Triyas Bangsa Jakarta, betul?" tanya Bu Susan sembari melihat bekas-bekas yang ada ditangannya.

Kana mengangguk. "Iya betul Bu."

"Perkenalkan nama saya Susan, wali kelas kamu. Kalo begitu ayo saya antar ke kelas dan kamu bisa memulai pelajaran bersama teman-teman barumu," ujar Bu Susan.

"Baik Bu, terimakasih."

Bu Susan pun berdiri lalu berjalan menuju ruang kelas XI IPA 1 disusul dengan Kana di belakangnya.

Sesampainya di kelas, Kana langsung memperkenalkan dirinya dihadapan teman-teman yang masih asing bagi dirinya. Kana pun masih terlihat canggung, hingga ada satu orang yang tersenyum kepadanya di ujung kelas.

"Maaf Kana, kamu senyum ke siapa ya?" tanya Bu Susan heran.

Spontan, Kana pun menoleh ke arah Bu Susan. "Oh itu Bu ke arah dia," jawab Kana, lalu menoleh kembali ke arah ujung ruang kelasnya, sembari menunjuk ke arah sana.

Kana mengerutkan keningnya, lalu menurunkan acungan tangannya. "Loh t-ttadi saya---," ucap Kana terbata-bata saat melihat orang tersebut sudah tidak ada disana. "Enggak jadi, Bu." tambah Kana.

"Apa perasaan gue aja ya? Tapi tadi dia senyum ke gue, mangkannya gue semyumin balik." gumam Kana di dalam hatinya. Apa ia salah lihat? Apa ini hanya halusinasinya? Kana pun tidak tahu pasti.

"Yaudah kamu duduk disana ya." ujar Bu Susan sembari menunjuk ke arah tempat duduk Kemala. Kana pun mengangguk paham lalu menghampiri Kemala disana.

Setelah itu, Bu Susan pergi keluar dari ruang kelas. Karena hari ini juga bukan jadwal mengajar di kelasnya.

"Hai nama gue Kemala, tapi biasanya dipanggil Mala. Salam kenal ya Kana," ujar Mala ramah sembari menjulurkan tangan kanannya.

Kana tersenyum lalu menjabat tangan Mala yang ada disampingnya. "Salam kenal juga ya, Mala." timpalnya.

Tiba-tiba dua laki-laki datang menghampiri mereka berdua. Ya, Mada dan Beni mereka berdua adalah teman dekat dari Mala.

"Nama gue Beni," ucap Beni memperkenalkan dirinya kepada Kana. Cewek itu pun tersenyum.

"Kana,"

"Hai gue Mada," ujar Mada.

Kana mengangguk. "Nama gue Kana."

Kana memainkan kuku jari tangannya, ia mencoba memberanikan diri bertanya kepada teman barunya. "Em gue boleh nanya gak sama kalian?" tanya Kana pelan.

Mala mengangguk antusias. "Boleh dong Na, mau tanya apa emangnya?"

"Kalo sama kita tanya aja Na, gak usah sungkan." tambah Beni.

"Kursi yang disitu emang kosong atau gimana ya? Kok gak ada orangnya?" tanya Kana hati-hati.

Sontak Mala, Beni dan Mada menoleh ke arah kursi yang ada di ujung kelasnya. "Kursi itu emang kosong Na, beberapa bulan lalu orangnya pindah sekolah ke luar kota," jawab Mada.

"T-ttapii dia gak meninggal kan?" tanya Kana spontan.

Beni agak terkejut mendengarnya. "Hush Na, gak boleh ngomong gitu. Orangnya sampe sekarang sehat walafiat kok, masih sering nimbrung juga di grup kelas, ya walaupun udah pindah sekolah," jawab Beni cepat.

"Emang kenapa Na tiba-tiba nanyain kursi kosong itu? Lo mau duduk disana?" tanya Mala, Kana pun spontan menggelengkan kepalanya.

"Ah enggak mau." jawab Kana.

Mala sedikit mendekat ke arah Kana, lalu berbisik kepadanya. "Tadi lo senyum ke siapa emangnya Na? Apa jangan-jangan lo bisa liat hantu ya?"

"Sebenernya tadi gue sempet liat ada orang disana, pakai seragam sekolah Pramuka sama kaya kita gini," ujar Kana pelan kepada Mala, Beni dan Mada. Membuat mereka semua saling pandang, bingung dengan apa yang dikatakan Kana barusan.

"Maksudnya?" tanya Mada pelan.

"Srakkk~"

Tiba-tiba seseorang yang dibicarakan Kana muncul di hadapan cewek itu, lebih tepatnya dibelakang Mala. Membuat Kana memejamkan matanya spontan lalu membaca beberapa ayat-ayat Al-Qur'an. Tingkah laku Kana barusan sukses membuat Mala, Beni dan Mada terkejut. Kana ini aneh, pikir mereka.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BINTARI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang