42 • Extra Part

5.6K 467 94
                                    

Hai-hai semuanya, sebelumnya, Selamat Hari Raya Idul Fitri ya. Mohon maaf lahir dan batin. Doanya semoga kita semua diberi kesehatan dan dapat bertemu dengan Ramadhan berikutnya, Aamiin.

Udah lama juga ya Bintari gak update. Lama banget juga buat mikirin kira-kira pakai extra part atau enggak dan akhirnya mutusin buat pakai. Dari kalian udah rekomendasiin Bintari ke temen-temen kalian belum?

Kalo udah, terimakasih banyak ya. Oke, gak usah banyak omong, eh tulis. Langsung aja go!

***

42. EXTRA PART (BINTARI)

Sudah hampir dua bulan setelah pemakaman Bintari. Semua berjalan seperti biasa, Kana pun sudah tidak bisa melihat makhluk tak kasat mata itu lagi. Hidupnya benar-benar sudah seperti orang normal biasanya.

Ia dikelilingi orang yang menyayangi nya, keluarganya, sahabatnya, tak lupa juga dengan keluarga Bintari yang masih sering ia kunjungi bersama Mada, Mala dan Beni.

Sayangnya, sampai sekarang ini pun, keadaan Vera masih belum membaik. Ia masih sering menjalani terapi dan harus banyak diajak berinteraksi, hal itu dilakukan agar Vera dapat meningkatkan kesehatan mentalnya.

Sepulang sekolah, Kana, Mada, Mala dan Beni bersiap-siap mengunjungi makam Bintari. Sudah hampir dua Minggu mereka tidak menjenguk rumah terakhir temannya. Bukan, bukan teman, Bintari sudah seperti sahabat mereka sendiri.

Beni mengenakan helm dan naik ke atas motornya, disusul oleh Mala yang duduk di jok belakang. "Gak peka banget deh," sindir Mala, membuat Beni menoleh ke arah belakang. Cowok itu terdiam datar, tidak bertanya apapun kepada Mala.

Sedangkan Kana dan Mada sudah tertawa sekilas, mereka berdua sudah bersiap untuk berangkat.

"Apaan si Mal?" tanya Beni jadinya.

Dengan cepat, Mala memukul kepala Beni yang mengenakan helm. "Gue kan gak bawa helm! Lo gak ada niatan ngasih helm ke gue gitu?"

"Enggak lah, kan semalem udah dibilang kita mau pergi ke makam Bintari, ngapain pake segala lupa bawa helm?" tanya Beni balik.

"Ya namanya juga lupa,"

"Lupa jangan dijadiin alesan, tulis di jidat biar gak lupa." ujar Beni. "Pokoknya nanti kalo ada polisi, lo harus gue turunin di pinggir jalan,"

"Dih gak mau enak aja gue diturunin di pinggir jalan, emang gue cewek apaan? Namanya ditilang ya berhenti, gak usah kabur, malah bahayain nyawa sendiri aja," balas Mala.

"Orang mah noh kaya si Mada, dia bawa helm cadangan di jok motornya. Si Kana lupa bawa juga tetep ada cadangannya, lah lo?" omel Mala lagi, padahal Mala yang salah, Mala yang tidak membawa helm, tapi kenapa yang dimarahi jadi Beni? Memang ada-ada saja Mala ini.

"Udah gak usah pada ribut, nanti malah gak berangkat-berangkat. Lo berdua mau naik taksi aja?" tanya Mada, spontan mereka berdua pun menggelengkan kepalanya.

"Ogah, mahal," jawabnya.

"Yaudah ayo jalan,"

"Naik motor, Mada," timpal Mala.

"Iya Mal, iya." balas Mada pasrah.

"Ada-ada aja lah si Mala mah." tambah Kana tersenyum sembari menggelengkan kepalanya pelan.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, motor mereka berdua pun tiba di sebuah hamparan pemakaman yang cukup luas. Suasana saat ini cukup tenang dan damai. Tidak ada orang yang melayat selain mereka berempat.

Patokan pemakaman Bintari adalah pohon Bunga Kamboja, juga dibuat bangunan kecil yang menjadi atap rumah terakhir Bintari. Mereka berempat duduk di tempat yang sudah ada, lalu mulai berdoa untuk Bintari.

BINTARI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang