Flashback disaat Bintari hidup.
Cuaca pagi ini sangat sejuk, Bintari turun dari kamarnya sudah lengkap dengan seragam abu-abu. Cewek itu terlihat sangat bahagia, sembari bersenandung sebuah lagu kesukaan nya. Sesampainya dibawah, sudah ada mama dan Vera, kakaknya.
"Pagi ma, kak! Bintari langsung berangkat ke sekolah ya?" ujarnya meminta izin berangkat ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu.
Yulia sontak menggelengkan kepalanya, tidak setuju. "Eh gak boleh gitu, kamu harus sarapan. Hari ini kan kamu upacara bendera," ujar Yulia lalu menyuruh anaknya untuk duduk dan ikut sarapan bersama.
"Tt-tapii ma Bintari bu--," belum selesai ia melanjutkan pembicaraan nya, Vera sudah menarik tangan Bintari untuk duduk di sebelahnya.
"Udah Tar gak usah ngeyel deh, sarapan aja dulu sedikit yang penting perut kamu ke isi dan gak kosong. Nanti kalo pingsan gimana? Kamu emang mau ngerepotin temen-temen kamu?" tanya Vera sembari mengoleskan selai roti, setelah itu ia menyodorkan nya untuk Bintari.
Cewek itu tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. Ih amit-amit, masa ia pingsan? Aduh jangan sampe deh. Nyusahin temen sama sekitaran aja. Jangan sampai Bintari seperti itu, pikirnya.
"Iya deh ini Bintari sarapan dulu, makasih ya kak udah buatin roti ini buat Bintari," ujar cewek itu sembari memeluk Vera sekilas.
Sedangkan Yulia hanya tersenyum melihat dua dunianya yang ada dihadapannya saat ini. Ia begitu bahagia melihat kedua anaknya akur seperti ini, tidak ada hal yang berharga selain Vera dan Bintari baginya.
"Iya sama-sama, lagian kakak tuh cuma ngolesin selai itu doang kok. Kalo yang buat rotinya kan tetep abang-abang yang ada di pabrik," ujar Vera bercanda, tapi memang benar.
"Ah ngelawak aja kak Vera ini. Oh iya, kakak mau kemana? Kok pagi gini udah kerja sih? Biasanya kan baru mau berangkat jam 8 an?" tanya Bintari sembari memasukkan potongan roti kedalam mulutnya.
Vera belum menjawabnya, ia malah tersenyum seperti orang yang sedang kasmaran. Ia menatap Bintari dengan penuh kebahagiaan disana.
Bintari mengerutkan keningnya, lalu bersikap seolah-olah jijik dengan tatapan kesemsem Vera barusan. "Apaan sih kak? Geli banget tatapan nya kaya gitu ih," goda Bintari.
"Kakak kamu tuh ada pacar baru Tar, mangkannya dia lagi bahagia-bahagianya. Liat aja tuh, daritadi aura nya terpancar jelas banget," goda Yulia pada Vera.
Lagi-lagi Vera tersenyum. "Apaan sih kalian ini bisanya godain aku aja," ucap Vera, lalu menoleh ke arah Bintari. "Tar, nanti kakak kenalin ya pacar kakak sama kamu. Pasti kamu penasaran kan?" tanya Vera.
Bintari mengangguk antusias, lalu menenggak air putih. "Harus dong, Bintari harus tau pacar kak Vera kaya gimana. Kan nanti dia bakal jadi kakak nya Bintari juga," ujarnya tersenyum.
Vera memberikan dua acungan jempol untuk adiknya, lalu mengeluarkan uang seratus ribu dua lembar untuk Bintari. "Nih buat jajan," ujar Vera sembari menyodorkan uang tersebut.
Mata Bintari berbinar bahagia, dengan cepat ia mengambil uang tersebut. "Ih kak Vera emang paling baik, paling cantik, paling ngertiin Bintari. Tau aja kalo skincare nya Bintari mau abis, makasih ya kak semoga rezekinya kak Vera makin lancar, terus kasih Bintari nya jadi tiga lembar hahahaha," ujar Bintari.
Vera mengacak rambut Bintari ikut tersenyum. "Aamiin, yaudah ini udah siang kamu gak mau berangkat sekolah?" tanya Vera.
Bintari mengerucutkan bibirnya, lalu menoleh ke arah pintu. "Tapi Bintari penasaran sama pacarnya kak Vera. Bintari pengen ketemu," ujarnya.
"Tar, lain kali bisa ketemu kok. Kan masih banyak waktu," jawab Vera.
"Iya, udah gih kamu berangkat sana takut kesiangan nanti di setrap sama guru," suruh Yulia.
Bintari mengangguk, lalu menggendong tas di punggungnya. "Yaudah kalo gitu Bintari berangkat dulu ya," ujar Bintari lalu bersalaman dengan mama dan kakaknya.
"Iya hati-hati ya." ucap Yulia dan Vera. Bintari pun keluar rumah dan berangkat ke sekolahnya.
***
Kenaikan bendera merah putih pada saat upacara hari Senin sudah selesai dilaksanakan di sekolah. Kini Bintari sudah berada di ruang kelas bersama dengan teman-teman lainnya. Namun ada yang beda dengan dirinya, tubuhnya terasa lemas padahal ia sudah sarapan pagi tadi.
Tissa yang sedang membaca novel pun sampai menoleh ke arah Bintari. Ia bingung dengan keadaan sahabatnya saat ini. Apa Bintari sakit? Tissa tidak tahu. "Tar, lo kenapa?"
Sang empu pun menoleh sekilas ke arah Tissa, lalu tersenyum. "Gak papa kok Sa, gak tau nih cuma kerasa lemes aja gitu," jawabnya.
"Tadi pagi lo udah sarapan?" tanya Tissa, ia meletakkan novelnya lalu memegang dahi Bintari, memastikan apa suhu tubuh nya tinggi atau tidak.
"Badan lo agak panas Tar," ucap Tissa.
"Tadi pagi gue udah sarapan kok Sa, gak tau nih kok bisa kaya gini ya? Rasanya beda banget dari biasanya," ucap Bintari bingung, tak lama ada darah yang keluar dari hidung nya.
Tissa yang melihat nya pun panik, lalu menyeka darah itu menggunakan tissue yang ia ambil dari dalam tas nya. "Ya ampun Tar, kok bisa kaya gini sih? Gue anter ke UKS deh ya,"
Bintari agak mendonggakkan kepalanya, menyeka agar darah itu tidak keluar lebih banyak. Kepalanya makin berputar, badannya makin lemas, begitupun dengan wajahnya yang semakin pucat.
"Eh tolong dong bantuin gue bawa Bintari ke UKS," ujar Tissa kepada beberapa temannya.
"Gak papa kok Sa, gue masih bisa jalan sendiri," timpal Bintari cepat.
Mereka berdua bangun dari tempat duduknya, lalu berencana untuk pergi ke UKS. Bintari sadar, tubuhnya tidak bisa terus menerus berada di kelas, ia butuh istirahat.
Baru saja mereka tiba di depan pintu kelas, tiba-tiba tubuh Bintari ambruk begitu saja, tissue yang menyeka darahnya berhamburan ke sembarang arah, membuat Tissa panik tak karuan. Cewek itu berteriak masuk kembali ke dalam ruang kelas, meminta bantuan kepada beberapa teman-temannya.
Para guru menyarankan agar Bintari dibawa ke rumah sakit, bukan ke UKS. Supaya ia mendapatkan pertolongan lebih baik dari dokter. Hanya satu guru dan Tissa saja yang menemani Bintari ke rumah sakit.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTARI [TAMAT]
Hororby. saltedcakes_ WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! [HOROR-COMEDY] Bisa merasakan kehadiran sosok makhluk halus, benar-benar diluar dugaan Kana. Hal itu sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Sesosok hantu perempuan berseragam Pramuka terus...