Setelah kepergian Kana barusan, Rumi pergi masuk kedalam kamar Kana untuk mengambil beberapa cucian kotor untuk di cuci. Namun langkah kakinya terhenti ketika melihat benda pipih di atas meja belajarnya. Ya, handphone Kana tertinggal. Dengan cepat Rumi keluar dari kamar Kana lalu memanggil Putra untuk keluar dari kamarnya.
"Putra," ujar Rumi agak berteriak.
Tak lama kemudian, Putra pun datang menghampiri Rumi saat itu juga. "Kenapa sih mba? Teriak-teriak kaya gitu?" tanya Putra kebingungan.
"Kamu hari ini mau pergi gak? Atau dirumah aja?" tanya Rumi.
Putra menggelengkan kepalanya, lalu menggaruk kepalanya sekilas. "Enggak kok, dirumah aja. Kenapa mba?" tanya Putra.
"Mau gak anterin handphone Kana? Kasian si Kana kalo gak ada handphone, lagian ini benda penting. Mba mau tanya kabar ke siapa kalo bukan ke Kana nya langsung," ujar Rumi sembari menyodorkan ponsel milik Kana.
Putra pun menerima benda pipih tersebut, lalu mengangguk setuju. "Oke biar Putra anter, mau mandi dulu. Emangnya dimana kemping nya?" tanya Putra.
"Hutan Griaki, kamu tau kan?" tanya Rumi sembari mengangkat pakaian kotor tadi. Mendengar nama Hutan Griaki membuat Putra menghentikan aktivitas nya. Pria itu melamun terdiam dengan wajah pucatnya.
"Heh ngapain bengong, tau gak alamat Hutan Griaki?" tanya Rumi.
Putra tersentak dalam lamunan nya, lalu tersenyum hambar. Masih dengan wajah pucat nya. "Iya tau, nanti gampang tinggal cari di maps kalo kesasar," jawab Putra.
"Yaudah mba mau nyuci baju dulu. Makasih ya, kamu kalo mau berangkat sarapan dulu udah mba siapin meja makan," ujar Rumi.
"Iya mba makasih." jawab Putra.
Putra pun bersiap-siap menuju arah dimana Hutan Griaki berada. Pria itu menghela nafasnya pelan, lalu mulai melajukan mobilnya ke arah sana.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Putra pun tiba di Hutan Griaki. Ia melihat banyaknya tenda berdiri kokoh disana. Beberapa orang lalu lalang dihadapannya. Dejavu, itulah yang dirasakan Putra. Ada sedikit rasa cemas yang menghantuinya.
Bukannya mencari Kana, Putra malah berdiri bagaikan patung di sebelah gapura Hutan Griaki. Tatapan matanya kosong, entah kenapa ia mengepalkan kedua tangannya.
Kana yang saat itu sempat lewat disekitar gapura, melihat seseorang yang sangat ia kenal disana. Om Putra? Ngapain kesini? Batin Kana.
Tanpa panjang lebar, Kana pun berlari menghampiri Putra saat itu juga. Lalu menanyai, ada apa ia datang ke hutan ini. "Om Putra!" panggil Kana, sontak Putra pun tersentak dalam lamunannya.
"Eh Na," gumam Putra.
Kana mengerutkan keningnya, lalu tersenyum. "Om Putra ngapain disini? Kok bisa tau kalo Kana kemping di hutan ini?" tanyanya.
Pria itu menyodorkan handphone ke arah Kana. "Nih disuruh anterin ini sama ibu kamu. Ketinggalan kan?"
Kana mengangguk bahagia, lalu mengambil ponsel itu dari tangan Putra. "Ya ampun om, pake segala repot-repot nganterin handphone kesini padahal kan jauh banget,"
"Di suruh sama ibu kamu, lagian om di rumah juga gabut," jawab Putra.
"Makasih ya om. Lagian harusnya, om Putra tuh gak usah nganterin. Kana gak bawa handphone juga gak masalah,"
"Kamu gak masalah, ibu kamu noh kelabakan di rumah karena handphone kamu ketinggalan, bingung mau nanyain kabar kamu ke siapa," ujar Putra sinis, Kana pun tertawa mendengarnya.
"Yaudah, oh iya om habis ini jangan langsung pulang ya? Cari pacar dulu biar gak kelamaan jomblo!" ucap Kana serius.
"Yaelah Na, matan om aja udah banyak banget. Mau om sebutin gak?" tanya Putra menawarkan.
"Siapa aja emang? Palingan dikit kan mantannya? Banyak gaya," sinis Kana.
Putra menyentil dahi Kana saat itu juga. "Dengerin baik-baik ya," ucap Putra sinis. "Nih Adinda, Tamara, Sekar, Reni, Septi, Vera, Wulan masih banyak lagi Na. Kalo om sebutin semuanya mah gak bakal bisa kelar hari ini," ujar Putra cepat.
Sebentar-sebentar, barusan ia mendengar salah satu nama yang tidak terlalu asing di telinganya. "Vera?" tanya Kana pelan.
"Iya, kenapa? Itu salah satu mantan om," jawab Putra, lalu terdiam seketika.
"Kenapa om Putra diem?" tanya Kana, ia takut dan agak cemas.
"Gak papa," jawab Putra cepat.
Kana terdiam sebentar, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Ia mengepalkan kedua tangannya, lalu menghela nafasnya pelan. Ia memejamkan matanya. "Om Putra putus sama Vera itu kapan?" tanya Kana. Ia berharap itu bukan Vera yang ia kenal, Kana sangat berharap.
"Tahun lalu, kenapa sih Na?" tanya Putra penasaran. Kana spontan mundur seketika. Apa jangan-jangan? Ya ampun, ini bukan mimpi kan?.
"Apa Vera itu punya adik yang namanya Bintari?" tanya Kana, badannya agak gemetar. Ia memberanikan dirinya, bertanya hal seperti itu kepada om nya sendiri.
Putra agak terkejut, bagaimana Kana bisa tau? Baginya, ini adalah masa lalu kelam. Masa lalu yang tidak akan pernah ingin Putra ingat. Padahal ini kesalahan nya, murni kesalahannya.
"Vera itu udah gila Na, gimana kamu tau kalo nama adiknya itu Bintari?" tanya Putra sembari menaikkan sebelah alisnya. Tubuh Kana bagaikan tersambar petir yang begitu dahsyat. Hati nya sakit, sangat sakit. Air matanya menetes seketika, jantung Kana makin tidak karuan. Kepalanya pusing.
Kana menggelengkan kepalanya pelan, ia tidak percaya. Dengan cepat, Kana berlari menjauh dari Putra. Tangisan pecah seketika. Ia masih belum bisa menerima semuanya, bagaimana mungkin? Kenapa harus om Putra? Kenapa bukan orang lain? Kana benar-benar tidak tau harus berbuat apa, ia benar-benar membenci om nya sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTARI [TAMAT]
Horrorby. saltedcakes_ WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! [HOROR-COMEDY] Bisa merasakan kehadiran sosok makhluk halus, benar-benar diluar dugaan Kana. Hal itu sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Sesosok hantu perempuan berseragam Pramuka terus...