3 • Kenapa harus Kana?

8.8K 1K 10
                                    

WAJIB VOTE DAN FOLLOW AKUN WATTPAD INI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WAJIB VOTE DAN FOLLOW AKUN WATTPAD INI. TERIMAKASIH.

•••

Suara Kana membaca ayat-ayat Al-Qur'an makin kencang, tubuhnya gemetar hebat. Kana benar-benar takut, ini adalah hal baru di dalam hidupnya. Kana benar-benar bingung.

Mala mengerutkan keningnya, lalu menoleh ke arah Mada dan Beni. Sedangkan dua cowok itu hanya menaikkan kedua bahunya, ikut bingung dengan tingkah laku Kana.

"Na," panggil Mala pelan.

"Na lo gak papa kan?" tanya Beni.

Mada pun menepuk pundak Kana pelan, berusaha untuk menyadarkan nya. "Kana!" panggil Mada tegas.

Spontan Kana pun tersentak dalam lamunan nya, cewek itu terlihat berkeringat. Ia menoleh ke arah samping kanan dan kirinya, mencari sosok perempuan berbaju Pramuka yang tadi menatap dirinya datar.

"Tt-ttadi d-dii situ." gumam Kana terbata-bata sembari menunjuk ke arah depannya. Mala, Mada dan Beni pun spontan ikut menoleh ke arah yang di tunjuk Kana barusan.

Mada menaikkan sebelah alisnya, lalu menatap ke arah Kana kembali. "Kenapa sih Na? Disitu gak ada apa-apa kok," ujar Mada meyakinkan.

Mala pun ikut mengangguk, ia setuju dengan ucapan Mada barusan. "Barusan emang lo liat apa sih Na? Kok kayanya kaget banget gitu sampe baca ayat-ayat Al-Qur'an. Lo liat hantu emangnya?" tanya Mala penasaran.

Beni pun bergidik ngeri, cowok itu menepuk bahu Mala lumayan kencang. "Hush! Gak boleh ngomong sembarangan Mal, gak baik kata Nenek gue," ujar Beni mengingatkan.

"Tapi Ben, yang dibilang Mala barusan itu bener. Gue liat perempuan disana, pake baju Pramuka kaya kita gini," timpal Kana.

Beni tertawa hambar, lalu membuang pandangan nya ke arah lain. "Ah Kana! Lo mah bercanda aja bisanya, mana mungkin sih Na orang bisa liat hantu? Ya gak mungkin lah,"

"Tapi kan kalo Kana indigo bisa aja Ben," sahut Mala menatap Beni dengan tatapan tajamnya.

"Indigo?" tanya Mada.

Sontak Kana pun menggelengkan kepalanya dengan cepat, tidak setuju dengan ucapan semua teman barunya itu. "Gue bukan indigo, lagian ini bener-bener pertama kalinya gue bisa liat hantu,"

"Apa keturunan kali Na? Lo kan gak tau, lebih baik lo tanya deh sama Kakek atau Nenek lo nanti pulang sekolah." ujar Mala memberi saran.

Kana hanya diam, tidak menimpali ucapan Mala barusan, tubuhnya masih merinding, ia belum bisa menerima ini semua.

"Tadi ciri-ciri hantunya kaya gimana Na?" tanya Beni penasaran.

Dengan tatapan kosongnya, Kana mulai menjawab pertanyaan Beni barusan. Ia berusaha mengingat sosok perempuan tadi. "Tingginya sama kaya gue, rambutnya sebahu, dia pucet banget dan pake baju Pramuka," jawab Kana.

Mala ikut merinding mendengarnya, cewek itu agak mendekat ke arah Kana duduk. "Na tatapan lo jangan kosong gitu dong Na, gue takut lo kesurupan," bisik Mala pelan.

"Eh sorry Mal, gue gak maksud buat kalian semua takut, tapi apa yang gue liat itu benar adanya. Nanti pulang sekolah gue bakal tanya ya sama Kakek atau Papa gue," ujar Kana.

"Lebih baik lo tanya Na, biar lo juga tau kebenaran nya kaya gimana." ujar Mada. Tak lama kemudian bel sekolah pun mulai berbunyi kembali.

***

Setibanya di rumah, Kana meletakkan tas sekolahnya di atas meja, lalu merebahkan tubuhnya di sofa, ia hendak menyalakan televisi lalu menonton sinetron kesukaan nya.

Baru saja ia ingin menekan tombol power, sosok perempuan itu tiba-tiba muncul kembali tepat di hadapan Kana. Membuat Kana spontan melempar remote tersebut ke arah sosok perempuan itu. "ARGHHHH!!"

Tubuh Kana merinding seketika. Ia belum terbiasa, cewek itu berusaha membuka matanya secara perlahan dan berdoa agar sosok itu tidak ada disana. Kana menghela napasnya lega saat sosok itu sudah menghilang. Dengan cepat ia berlari ke arah kamar Kakek dan Neneknya.

"Kakek!" teriak Kana sembari mengetuk pintu kamar Kakeknya itu.

"Kakek ini Kana." panggil Kana lagi dengan nada ketakutan.

Tak lama kemudian, kenop pintu terbuka, memunculkan sosok Kakeknya disana. "Kamu sudah pulang Na? Gimana sekolahnya?" tanya Aryo penasaran.

Kana menoleh ke arah belakang sekilas. "Eh baik kok kek, Kana udah dapet temen baru. Mereka semua baik banget sama Kana,"

"Kamu kenapa sih Na?" tanya Aryo pelan, lalu mengelus pelan puncak rambut cucu perempuannya itu.

"Kek ada yang mau Kana tanyain sama Kakek," lirih Kana pelan.

Aryo terdiam sesaat, lalu mengangguk. "Ayo ngobrol disana aja." ucap Aryo lalu dianggukan oleh Kana.

Saat ini Aryo dan Kana sudah duduk di kursi sebelah rumah joglo mereka. Terlihat sangat jelas, jika Kana ingin bertanya hal serius kepada Kakeknya.

"Kamu mau tanya apa sama Kakek?" tanya Aryo tersenyum pelan.

"Kek," gumam Kana sembari memainkan kuku jarinya. "Kenapa Kana bisa ngelihat sesuatu yang gak seharusnya Kana lihat?" tanyanya.

Aryo sudah tidak kaget mendengarnya, ia memang harus siap mendengar salah satu cucunya bercerita seperti barusan.

"Kakek kok diem aja? Tadi di sekolah Kana liat perempuan aneh, dia senyum ke arah Kana. Terus waktu pertama kali Kana sampe di rumah ini, Kana juga sempet liat bayangan lewat. Cepet banget, Kek ini Kana kenapa? Kana takut," ujar Kana menjelaskan dengan sangat cepat.

Aryo tersenyum lalu menepuk pundak cucunya. "Itu sudah menjadi hal yang turun-temurun Na," jawab Aryo, Kana hanya mengerutkan keningnya, tidak mengerti ucapan Kakeknya barusan.

"Maksudnya Kakek gimana? Kana gak ngerti sama sekali," tanya Kana lagi.

Aryo pun mulai menceritakan semuanya kepada Kana. "Ya, ini memang sudah menjadi hal yang turun-temurun di keluarga kita. Salah satu keturunan dari Papa kamu bisa melihat sosok tak kasat mata yang ada disekitarnya,"

"Dan itu Kana?" potong Kana cepat.

Mau tidak mau, Aryo pun mengangguk. "Iya,"

"Kenapa harus Kana, Kek?" tanya Kana sedikit meneteskan air matanya. Ia benar-benar tidak siap dengan ini semua. Ia belum bisa menerimanya.

"Itu berarti kamu memang sudah dipilih Na, kamu harus bisa nerima ini semua. Kakek yakin kamu bisa," ujar Aryo, Kana pun menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan ucapan Kakeknya barusan.

"Apa Kakek sama Papa juga bisa lihat makhluk itu?" tanya Kana serius.

Aryo mengangguk. "Dulu bisa, sekarang enggak. Karena tugas Kakek sama Papa kamu sudah selesai,"

Kana menepis air matanya, lalu menegakkan tubuhnya kembali. "Kok bisa kek? Gimana caranya?" tanya Kana benar-benar penasaran.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BINTARI [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang