BAB 60

102 6 0
                                    

NOW PLAYING | DHRUV - DOUBLE TAKE

****

Disukai banyak lelaki memang hal indah. Tapi, disukai dan dicintai oleh satu lelaki yang memperlakukan kita layaknya ratu, itu jauh lebih indah.

****

Nayya mengusap bibirnya dengan tissu yang ada di atas meja kantin. Menatap Fadlan dingin seolah biasa saja mendengar kalimat itu dari mulut Fadlan. Tidak bisa berbohong, jantung Nayya benar-benar berdebar.

Seakan-akan pertahanan yang dia bangun telah hancur hanya dengan kalimat membuat yang diucapkan Fadlan. Apa benar dia masih mencintai Fadlan sampai sejauh ini?

"Berhenti bicara omong kosong." Celetuk Nayya menetralisirkan jantungnya "gue muak!"

"Nayya, aku memang kangen kamu."

"Shut up!" Nayya bangkit dari duduknya berniat meninggalkan Fadlan di kantin dan kembali ke kelas "lo bikin gue eneg dengan semua tingkah lo!"

Fadlan menahan pergelangan tangan Nayya dan ikut bangkit dari duduknya. Menatap Nayya dengan tatapan yang masih sama, tatapan yang sama saat mereka pertama kali bertemu.

"Terserah kamu bilang apa," lirih Fadlan menatap Nayya serius "aku memang kangen kamu dan apa itu salah?"

"Salah."

"Karna kamu milik orang lain?"

Nayya diam. Dia tidak bisa menjawab apa pun, Alvaro mengaku bahwa mereka pacaran. Tapi, rasanya keluh untuk mengatakan bahwa Alvaro adalah pacarnya.

"Shut up!"

"Aku yakin kamu kangen aku juga."

"Are you crazy?" Tanya Nayya sambil tertawa kecil. "Listen, I'm not miss you."

"Bibir kamu bisa menyangkal tapi mata kamu gak bisa bohong."

"What ever, but I'm not lied. Okay?" Nayya menyunggingkan smirk kecil sebelum dia pergi meninggalkan Fadlan di kantin.

Nayya berjalan menuju kelasnya dengan perasaan kesal, harusnya dia tidak keluar dari kelas dan pergi ke kantin sendirian. Harusnya menunggu Calistha dan Andira datang dan pergi bersama mereka.

Dengan begitu, Fadlan tidak akan berani menghampiri dirinya dan berkata bebas seperti tadi. Ucapan Fadlan membuat Nayya kehilangan dirinya. Dia merasa kembali seperti Nayya yang dulu, Nayya yang mencintai Fadlan.

"Menyebalkan!" Gerutu Nayya pada dirinya sendiri. "Sial!"

Nayya masuk ke dalam kelasnya dan duduk di samping Alvaro yang masih saja membahas Matematika. Rasanya mendengarkan obrolan antara Alvaro dan Orlin saja membuat dirinya mual. Dia tidak mengerti apa pun tentang Matematika.

Walaupun dia tahu hari ini akan ujian, tetap saja dia tidak berniat untuk belajar Matematika. Dia tidak berniat memahami rumus demi rumus, itulah sebabnya dia masuk IPS. Otaknya terlalu lemah untuk memahami angka dan angka.

****

Ibu Dina memasuki kelas dengan wajah yang datar dan tidak ada kehangatan. Seperti biasa, dia selalu datang membawa ketakutan bagi para murid. Entah kenapa, semesta selalu saja mengirimkan guru killer untuk mengajari murid belajar Matematika dan Fisika.

Seolah pelajaran itu memang harus dipegang oleh guru yang killer agar murid selalu saja ketakutan bila berhadapan dengan guru itu.

"Selamat pagi!" Sapa Ibu Dina tegas.

"Pagi Buk!!" Sahut murid lainnya serempak.

SanjaNayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang