BAB 89

75 4 0
                                    

NOW PLAYING | YOUR SHIRT - CHELSEA CUTLER

****

Jangan jadi pengecut yang lari dari perasaan, kamu laki-laki harus berani ambil resiko, walaupun itu nyakitin hati kamu sendiri. Lebih baik tersakiti dari pada harus kehilangan karna kamu pengecut.

****

Memang dari awal Alvaro yang sangat memaksa hubungan ini, itu sebabnya dia harus mengambil langkah selanjutnya untuk menjauhkan dirinya dengan Nayya dan membuat gadis itu bahagia.

Kali ini dia bukan hanya membangun dinding, tapi juga membangun jarak yang benar-benar sulit dijangkau Nayya. Dia membuat keputusan untuk pergi dari Jakarta dan melanjutkan kehidupannya di Amerika, seperti dulu.

Usai menyiapkan barang-barangnya, Alvaro turun ke bawah dengan kemeja putih yang memperlihatkan dada bidangnya, dipadu dengan celana coklat selutut, serta kacamata hitam yang bertengger di matanya.

"Kamu yakin mau pergi?" Tanya Agnes menatap putranya dengan sorot mata tidak ingin Alvaro pergi.

Alvaro tersenyum kecil "yakin Bunda," jawab Alvaro lemah.

"Kamu nggak keberatan jauh dari Nayya?" Tanya Agnes lagi, seolah menahan putranya untuk tidak pergi "kamu sanggup ninggalin Bunda sendiri?"

Alvaro menarik tubuh Agnes ke dalam dekapannya, merengkuh tubuh Agnes yang bergetar karna menangis. Tidak ingin jauh dari anak satu-satunya.

"Bunda nggak sendirian, 'kan ada Papa." Gumam Alvaro menenangkan Agnes agar tidak menangis.

"Papa kamu mah romantisnya ke Bunda pas lagi pengen jatah aja," isak Agnes sambil diiringi tawa kecil.

"Jangan buka kartu, Bunda!" Desis Albert salah tingkah.

Alvaro mengusap air matanya yang ada di sudut mata, tertawa kecil menatap Bunda dan Papanya bergantian. Sebenarnya dia juga merasa tidak enak meninggalkan keduanya di sini dan tinggal di Amerika selama beberapa tahun mendatang.

Tapi, ini adalah satu-satunya cara agar dia bisa lari dari perasaan ini. Perasaan yang aneh. Sudah segala cara dia meyakinkan bahwa perasaannya kacau karna Nayya. Bukannya malah membenci gadis itu, dia justru makin mencintai gadis itu.

Dia tidak ingin menjadi beban untuk Nayya. Itu sebabnya dia memilih untuk pergi. Karna melihat Nayya bersama orang lain, membuatnya sesak. Tapi, dia benar-benar ingin melihat Nayya bahagia.

Munafik jika dia mengatakan dia baik-baik saja melihat Nayya dimiliki orang lain, selain dirinya.

"San, Papa tau kamu pergi bukan keinginan kamu." Kata Albert menepuk pundak anaknya pelan "ini semua kamu lakuin untuk melarikan diri dari perasaan kamu 'kan?"

Alvaro diam. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain, mengatur nafasnya agar tidak tercekat. Jujur, setiap kali mengingat dia ingin kabur dari perasaan ini, dia mengangap dirinya sangat pengecut karna enggan untuk tetap berada di sini dan berjuang bersama Nayya.

"San, berjuang itu bukan hanya sekali dua kali." Lanjut Agnes menimpali "bahkan setelah mendapatkan apa yang kita mau, kita gak boleh berhenti berjuang. Kita tetap berjuang, tapi berjuang untuk mempertahankan apa yang kita punya."

SanjaNayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang