BAB 42

167 8 0
                                    

NOW PLAYING | BE ALRIGHT - JADA FACER

****

Jangan lupa vote

Dan berikan komentar

Selamat membaca dan maaf telat up!

****

Jangan pernah bertindak bodoh hanya karna cinta. Cinta itu hanyalah racun yang mematikan. Dia bisa membuat orang mati atau khilaf bahkan buta, hanya karna mencicipi saja.

****

Fadlan mengambil tasnya dengan cepat sebelum Pak Budi kembali ke kelasnya. "Cabut dulu man!" Teriaknya pada kedua sahabatnya.

"Serah lo deh, yang penting gue udah bilangin ke lo!" Tukas Ayub menyerah untuk menasehati Fadlan agar tidak bolos dari pelajaran Pak Budi.

Fadlan tertawa ringan sembari melangkahkan kakinya keluar kelas. Saat kakinya sudah beranjak pergi keluar kelas, ada suara berat dari belakang memanggil namanya dengan lengkap.

"FADLAN AKBAR!!" Titah suara yang sangat familiar bagi Fadlan.

Fadlan menoleh dengan ekspresi jenakanya, membalikan tubuhnya menghadap orang yang ada di belakangnya. "Eh Pak— Budi.." lirih Fadlan dengan cengiran khasnya.

Fadlan melirik kedua sahabatnya sekilas, mereka kini sekarang sedang menertawakan Fadlan yang sedang terciduk ingin bolos dari pelajaran Pak Budi. Sial, awas saja, Fadlan akan memecat mereka menjadi sahabatnya. Berani sekali menertawakan sahabatnya yang sedang kesusahan.

"Mau kemana kamu bawa tas?!" Tanya Pak Budi dengan tegas.

"Mau ke toilet Pak," imbuh Fadlan bohong.

"Jangan bohong!" Pak Budi menaikkan suaranya satu oktaf lebih tinggi "mau boloskan kamu?!"

"Ah, Bapak... umm— tau aja." Fadlan menggaruk tengkuknya yang sedikit gatal.

"Bapak ijinin,"

Mata Fadlan sukses melotot bahkan nyaris keluar "yang bener Pak?" Tanya Fadlan tidak percaya.

"Tapi boong haha...." kekeh Pak Budi yang membuat gelak tawa di seisi kelas yang mendengar percakapan mereka.

"Bapak gak asik!"

"Yauda Bapak ijinin, tapi kamu bersihin perpustakaan dulu. Setelah perpusatakaannya beres, kamu boleh pulang."

Fadlan menghela nafasnya panjang "gak deh Pak!" Tolak Fadlan dengan wajah kecutnya.

"Kalau kamu tidak mau, kamu akan Bapak hukum hormat bendera di lapangan sampai pulang. Mau?!"

Mendengar itu Fadlan menggeleng cepat, akan jatuh harga dirinya jika menghormat bendera sendirian tanpa adanya teman sampai jam pulang pula. Tidak. Dia tidak ingin menjadi sorotan karna hukuman. Sama sekali tidak keren.

"Oke— oke, Pak, saya ke perpustakaan aja." Putus Fadlan pasrah sembari beranjak meninggalkan Pak Budi dengan langkah lunglai.

SanjaNayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang