Bab 11

3.2K 250 14
                                    




"Mmmpphhh..." lenguh Nana saat Jeno mulai menggerakan bibirnya itu di atas bibir gadis itu.

Jeno bisa merasakan lembut dan aroma wangi manis dari bibir yang kini sudah sepenuhnya masuk ke dalam kendalinya. Begitu pun dengan Nana, ia bisa menikmati sensasi gerakan bibir Jeno yang begitu lembut di bibirnya, hingga beberapa saat Nana tanpa sadar terpejam menikmatinya, tak ingin memikirkan apapun selain rasa yang ada di bibirnya sekarang.

Saat Jeno melihat kedua mata Nana terpejam, tangannya bergerak meraup lembut rahang lembut Nana. Tindakan itu sontak membuat mata Nana membola, karena ia sadar kalau ciuman lembut itu sudah berubah menjadi ciuman yang begitu menuntut.

Nana ingin sekali menyadarkan Jeno yang mungkin saja sedang hilaf, tapi tubuhnya tak pergi kemana pikirannya berjalan. Buktinya sekarang ia malah terlena membiarkan Jeno menjelajahi bibirnya.

Nana shock, dia masih tidak percaya kalau Jeno si abang menyebalkannya itu sedang berusaha melampiaskan sesuatu padanya dengan cara yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Sampai akhirnya Jeno melepas pagutan mereka, matanya terlihat kuyu dengan manik berkabut penuh gairah. Sementara Nana malah menatapnya polos.

"Kak Jeno, kenapa gini?" bisik Nana dengan suara yang parau.
Kedua mata Jeno bisa melihat betapa dalam mata Nana kini memandangnya, membuatnya lupa segalanya dan hanya ingin mengecup bibir indah itu sekali lagi.

Tapi saat sebuah bayangan dalam benaknya melintas, sontak Jeno bangkit dari tubuh Nana, memandang gadis itu sedang menggigit bibirnya sendiri beberapa saat, lalu Jeno segera membuang pandangan.

Ia terlihat mondar-mandir gusar sambil memegangi bibirnya.
"Ma-maaf, Na. Kakak-"
Jeno blank.

Namun ada rasa bersalah merayap dalam hatinya.
Nana berusaha mengerti maksud Jeno. Mereka-oh bukan tapi Jeno-memang tidak seharusnya melakukan hal itu padanya. Apa reaksi mami dan papinya saat tahu kalau anak adopsian mereka malah mencium anak kandung mereka seperti barusan? Pastinya darah tinggi papi Jaehyun akan langsung kambuh, pikir Nana.

Tapi di lubuk hati Nana kenapa ia merasa tidak rela Jeno meminta maaf dan tampak menyesal seperti itu? Dia ingin Jeno mengatakan lebih jelas lagi pengakuannya dan memperjelas apa maksudnya mencium Nana.

Akan tetapi keinginan itu tentu saja konyol, mana boleh mereka memperjelas hubungan semacam itu? Kecuali mungkin mami dan papinya mengizinkan. Namun sepertinya kedua orang tuanya akan langsung menentang apa yang mereka lakukan barusan. Mami papi Nana membawa Jeno ke rumah mereka untuk dijadikan saudara. Sudah pasti apa yang mereka lakukan ini memang harus disesali.




Jeno menghela napas sembari mengusap wajahnya kasar.
"Emh..pokoknya kakak ga setuju kalo kamu jadi mikir yang aneh aneh soal Haechan! Kalian itu nggak boleh pacaran, kamu pasti ngerti kan maksud kakak? Dan semua orang juga bakal mikir kayak kakak." Tegas Jeno, setelah itu ia keluar dari kamar meninggalkan Nana yang kelihatan melamun.









•°•°•

Setelah semua kejadian hari itu, Jeno jadi semakin protektif pada Nana. Dia juga tak mengizinkan Nana bertemu dengan Haechan selain saat di sekolah, itu pun Nana diberi batasan agar tidak terlalu dekat dengan makhluk polos bernama Haechan Lee itu.

Tapi mau bagaimana pun, Haechan dan Nana itu sulit dipisahkan. Mereka sudah seperti anak kembar. Lagipula sikap Haechan setelah hari itu anehnya kembali normal.
Dia tetap jadi teman baik Nana walaupun Nana kadang menghindarinya.

Dan siang ini setelah sekolah bubar, Nana berusaha menaati peraturan yang Jeno buat, yaitu sedikit menghindari Haechan.

"Nana!" Panggil Haechan.

Abang Angkat (Nomin gs) LOKAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang