Bab 31

4.9K 241 23
                                    


Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Guanlin dan Ren mengantar Nana sampai ke depan pintu gerbang rumah gadis itu.

Nana masih kelihatan kusut, begitu pun dengan Guanlin. Mereka masih belum baikan paska bertengkar tadi di klinik. Ren yang duduk di sebelah Guanlin pun mendesah pelan melihat kelakuan dua orang yang dia sayangi itu seperti anak kecil.

"Udah sih baikan aja, ambekan mulu kayak anak kecil kalian."

Tidak ada yang menjawab untuk sementara ini.

"Ck! Coba kamu ngalah sih Lin...yang tua lebih ngerti aja, bisa kan?" saran Ren sembari mengelus bahu pacarnya.

Akhirnya Guanlin menghela napas dan menoleh ke arah Nana yang tengah duduk di jok belakang. Kemudian ia keluar dari pintu samping dan pindah ke jok belakang, ia ingin bicara langsung pada Nana.

Nana tak berani menatap Guanlin, dia masih trauma dipelototi dan dibentak oleh sang abang. Tapi rasa takut itu langsung hilang ketika ia lihat Guanlin tersenyum lembut sambil mengusap bahunya.

"Maafin kakak ya Na. Tadi kakak emosi. Maaf kalo kakak sok banget pake marah sama kamu, padahal kakak bukan kakak kandung kamu, kan?"

Nana menggelengkan kepalanya dan langsung memeluk Guanlin.

"Heeeuuung kak Aliiiin...hiks hiks hiks!" Nana malah menangis.

"Iya, nggak apa-apa, lagian semuanya udah terjadi. Yang penting sekarang kamu jangan terlalu stres aja ya. Maafin kakak udah ngebentak kamu tadi."

"Ga kak, Nana yang harusnya minta maaf. Nana malah seneng kakak sampe segitunya sayang sama Nana. Berarti Nana sekarang emang beneran punya abang lagi setelah kak Jaeline ga ada. Tetep sayang sama Nana kaya gini ya kak? Nana sayang kak Guanlin."

Guanlin pun hanya tersenyum lembut.

Baru kali ini Nana merasa terharu dengan sikap seorang Guanlin, padahal selama ini pria itu sudah sering menunjukan perhatiannya sebagai kakak.

Nana sangat bahagia, karena setelah selama ini ia selalu merasa sendirian, akhirnya bertambah satu orang lagi yang menyayanginya seperti keluarga sendiri.
Mulai dari Jeno, Ren, Haechan, lalu sekarang Guanlin. Nana sangat menyayangi keempat orang tersebut.

Meski Jeno memang pernah menyakitinya, Ren pernah menjadi sosok yang hadir dalam hubungannya bersama Jeno, dan; Guanlin yang pernah menjadi penyebab Jeno harus terjebak dalam masalah besar di antara Nana dan Ren-tapi bagi Nana mereka semua adalah orang-orang yang paling berharga dalam hidupnya.

"Yaudah Nana masuk dulu ya. Mau nunggu sampe jam 12 malem nanti buat nelepon kak Jeno lagi. Btw thanks hp barunya kak Alinkuh yang ganteng."

Ya, jadi sebelum mengantar Nana pulang, mereka bertiga sempat mampir dulu ke Ibox, membeli hp baru untuk Nana.

"Iya sama-sama, sayang. Udah gih sana istirahat, tidur dulu, pasang alarm aja supaya nanti bangun pas jam 12. Nanti kakak kirim kontaknya Jeno. Inget, jangan begadang ya? Inget lo lagi hamil, oke?"

Nana mengangguk dan setelah itu mendapat kecupan di dahinya dari Guanlin.

"Yaudah gih sana masuk, apa mau kakak anter?"

"Hah? Anter? Ngapain?"

"Ya takut kamunya kepeleset atau gimana kan pas masuk."

"Ck! Lebay ah. Nggak usah kak, lagian kasian tuh kak Ren udah lelah banget kayanya."

Ren tersenyum lembut.
"Yaudah kamu hati-hati ya di rumah. Sebelum tidur jangan lupa minum vitamin yang dikasih sama dokter tadi. Biar calon ponakan kakak sehat."

Abang Angkat (Nomin gs) LOKAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang