Bab 26

2.5K 181 5
                                    

Siang ini Nana dan Guanlin sedang minum ice coffee sambil mengobrol santai di sebuah kafe. Sepulang meninjau kampus dimana Nana akan kuliah, ia mendapat telepon dari Guanlin yang ternyata ingin mengajaknya bertemu.

Dan memang akhir-akhir ini mereka sering terlihat jalan bersama.
Sementara itu, dari kejauhan seorang pria tengah mengawasi mereka. Pria itu membidik kamera hpnya ke arah Nana dan Guanlin, memotret, dan ia mengirimkannya pada seseorang.















Di seberang sana, si penerima foto dari pria itu begitu kesal. "Aarrgghh! sialan!" Makinya lalu hendak membanting hpnya, tapi karena ingat ia sudah membanting hp sebanyak tiga kali minggu ini, akhirnya Jeno hanya membuang hpnya ke atas meja kerja.

"Ck! Kenapa lagi sih Jen? Dari kemaren lu ambek ambekan mulu, kerja coba bantuin gue nih, pusing ngurusin kerjaan lu mulu!" Dumalan Mark itu berbalas delikan tajam dari Jeno.

"Gimana gue ga kesel, liat tuh, kadal Cina kerjaannya deketin mulu Nana. Sialan emang si Guanlin! Apa perlu gue bikin bangkrut tuh perusahaannya?!"
Saking kesalnya Jeno sampai mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Emh...kalo ngomong suka ga pake otak, lu bikin perusahaan dia bangkrut ya Nana bakal makin benci sama lu Jen, heran, kapan sih lu terakhir make otak? Dipikir dulu coba kalo mau ngapa-ngapain."

Ucapan Mark itu memang tidak salah. Lagipula apa hubungannya masalah asmara dengan hubungan kerjasama antar perusahaan mereka. Jeno semakin kehilangan akalnya, dia sudah lelah selama seminggu ini selalu melihat Nana jalan dengan Guanlin.
Malah kemarin malam Nana mengajak Guanlin makan malam di rumah bersama keluarga mereka.

"Bodoamatlah! Pusing gue!" Jeno mengambil jasnya lalu bergegas pergi.

"Woy mau kemana lagi lu anak setan?! Bantuin gue ini kerjaan numpuk asuuw!" Teriak Mark kesal.

Bagaimana tidak kesal? Dia selalu bekerja lembur selama dua bulan ini, cuma karena Jeno tidak masuk kerja dan beban pekerjaan semua diberikan pada Mark. Apalagi selama seminggu ini, dia benar-benar lelah karena harus menghadiri banyak rapat. Padahal Mark sedang dalam masa pendekatan yang lebih dalam dengan Haechan.

Tapi gara-gara Jeno, Mark jadi sulit untuk bertemu dengan Haechan.
"Halah bacot! Tar gaji lu gue naikin jadi 50 juta lah. Gue butuh pencerahan soalnya nih!"

"Pencerahan apa sih silit?!"

Jeno yang sudah sampai di ambang pintu pun menoleh.
"Ke tempat Ren, minta bantuan buat bujukin Nana!" Setelah itu Jeno benar-benar pergi.

"Dasar titisan dakjal! Gue ditinggal sialan! Haduuhh mana ini masih numpuk lagi. Huwaaaa...Echaaan...gua kangen banget sama luuuu...." rengek Mark.














•°•°•°•


Nana dan Guanlin masih asik mengobrol di kafe. Sebenarnya tidak bisa dikatakan mengobrol juga, karena Nana sedang bermain game di hpnya, sedangkan Guanlin hanya memerhatikan sambil sesekali bermain dengan rambut panjang Nana yang diikat kepang.

Tapi kadang dia juga ikut mengumpat saat Nana mati di arena pertandingan game. Pokoknya siapapun yang melihat tingkah mereka, pasti mereka akan mengira kalau Nana dan Guanlin itu memang pacaran.

Sampai akhirnya Nana lelah bermain dan menaruh hpnya di meja.
"Kok udahan?" Tanya Guanlin.

"Capek, temennya bocil semua. Maennya noob, daripada gue ngomel-ngomel di sini, kan jadi tida elegan nantinya."

Guanlin terkekeh.
"Yaudah deh, kalo gitu lo temenin gue belanja aja, mau?"

"Dih cuma nganterin aja nih? Ga dibeliin?" Kata Nana sambil menyeruput ice coffee-nya.

Abang Angkat (Nomin gs) LOKAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang